Memahami 5 Gaya Pengasuhan Anak: Mana yang Paling Tepat untuk Keluarga Anda?

 



Memahami 5 Gaya Pengasuhan Anak: Mana yang Paling Tepat untuk Keluarga Anda?

Setiap orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun, pendekatan dalam mengasuh anak bisa sangat beragam. Psikolog Diana Baumrind mengelompokkan gaya pengasuhan menjadi empat kategori utama. Seiring perkembangan zaman, para ahli juga mengidentifikasi gaya kelima yang kini semakin umum ditemukan. Apa saja jenis-jenis gaya pengasuhan itu dan bagaimana dampaknya terhadap perkembangan anak? Mari kita bahas satu per satu.

1. Authoritarian (Otoriter): Disiplin Tanpa Dialog

Orang tua otoriter sangat menekankan pada ketaatan dan disiplin. Mereka menetapkan aturan yang ketat dan mengharapkan anak mengikuti tanpa banyak tanya atau diskusi. Mereka percaya bahwa dengan mengendalikan anak secara penuh, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang patuh dan berperilaku baik.

Contoh:
Sara tumbuh dengan orang tua otoriter. Jika dia menangis, dia disuruh berhenti. Jika dia bicara membantah, dia dihukum. Dia belajar untuk menekan emosinya dan hanya menjalankan kewajiban agar mendapat cinta dari orang tuanya. Namun, saat dewasa, ia merasa tidak mengenal dirinya sendiri dan kesulitan menentukan apa yang benar-benar ia inginkan.

2. Permissive (Permisif): Penuh Cinta, Minim Batasan

Gaya permisif dicirikan dengan kasih sayang yang melimpah, namun tanpa kendali atau batasan yang jelas. Orang tua permisif cenderung memenuhi semua keinginan anak dan enggan mengatakan “tidak.”

Contoh:
Peter hidup dalam kebebasan mutlak. Ia mendapatkan semua yang ia inginkan — mulai dari es krim kapan saja hingga bermain game sepanjang malam. Akibatnya, ia tumbuh tanpa memahami batasan, sulit mengendalikan emosi, dan tidak mampu menghadapi konflik. Ketika dewasa, ia cenderung egois dan tidak tahu cara berkompromi.

3. Authoritative (Otoritatif): Seimbang antara Aturan dan Kasih

Ini adalah gaya pengasuhan yang dianggap paling ideal. Orang tua otoritatif menetapkan aturan dan batasan, tetapi juga memberi ruang untuk anak mengekspresikan diri. Mereka mendengarkan, berdialog, dan memberi dukungan.

Contoh:
Arthur boleh bermain, tetapi harus membereskan mainannya setelah selesai. Ia boleh makan es krim, tapi hanya di hari Minggu. Waktu layar dibatasi 30 menit per hari. Ketika ada konflik, orang tuanya tetap mendengarkan pendapat Arthur sebelum menetapkan keputusan akhir. Hasilnya, Arthur tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan mampu mengelola emosinya dengan baik.

4. Neglectful (Mengabaikan): Tidak Hadir Secara Fisik Maupun Emosional

Orang tua yang mengabaikan tidak memberikan perhatian, kasih sayang, ataupun arahan yang memadai. Mereka sering kali sibuk dengan urusan sendiri atau tidak terlibat sama sekali dalam kehidupan anak.

Contoh:
Nora sering merasa sendirian. Ia bebas melakukan apa pun, namun tidak pernah mendapat cinta, arahan, atau perhatian. Lama kelamaan, ia merasa tidak berharga, sulit percaya pada orang lain, dan akhirnya menutup diri dari dunia.

5. Over-Involved (Terlalu Terlibat): Terlalu Banyak Campur Tangan

Gaya pengasuhan modern ini sering disebut sebagai “helicopter parenting” (orang tua helikopter) atau “snowplow parenting” (orang tua pembuka jalan). Orang tua ini sangat terlibat dalam setiap aspek kehidupan anak, bahkan cenderung mengatur dan menyelesaikan segala masalah anak sebelum anak menghadapinya sendiri.

Contoh:
Anak-anak dari orang tua over-involved mungkin tampak aman, tapi sebenarnya mereka tidak belajar menghadapi tantangan. Mereka cenderung mudah menyerah, kurang percaya diri, dan kerap menunda pekerjaan saat menghadapi kesulitan.


Menemukan Gaya yang Tepat

Diana Baumrind menyarankan agar orang tua menyeimbangkan antara "demandingness" (tuntutan) dan "responsiveness" (respon/kasih sayang). Sementara itu, Maria Montessori menekankan pentingnya membiarkan anak mencoba sendiri:

“Never help a child with a task at which he feels he can succeed.”

Gaya pengasuhan yang ideal mungkin tidak selalu kaku pada satu model. Bisa jadi, setiap keluarga perlu menyesuaikan pendekatan mereka dengan kondisi, nilai, dan kebutuhan anak yang berbeda-beda. Namun, satu hal yang pasti: mengabaikan atau menyakiti anak, dalam bentuk apa pun, bukanlah pilihan.


Apa gaya pengasuhan Anda? Apakah Anda merasa gaya tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan anak? Atau mungkin Anda perlu menyesuaikannya? Yuk, refleksikan dan bagikan di kolom komentar!

Comments

Popular posts from this blog

IBADAT TUGURAN KAMIS PUTIH DENGAN NYANYIAN TAIZE

“Mereka Sedang Bekerja”

BERBAGI TAK PERNAH RUGI