Cak Kandar Seniman Malang


Video di atas saya ambil beberapa bulan yang lalu ketika saya sedang makan bersama beberapa teman dari TV Nasional di Pujasera UB (disamping MX Mall). Pertama kali melihat pengamen yang nyentrik serta unik ini, dengan musik daun yang biasa ia mainkan teman saya langsung jatuh hati. Saya sendiri juga baru pertama kali melihatnya. Saya penasaran siapa pengamen ini. Meski saya lama tinggal di Malang saya baru kali ini melihatnya. Rambut pink, musik daun, aksesoris yang nyentrik ditambah dengan kemampuan berbahasa Inggris yang baik, jujur saya tekesima dibuatnya. Lantas kami undang dia untuk bernyanyi di depan kami. Sebelumnya dia memperkenalkan diri dan bertanya kami siapa dan dari mana. Begitu melihat kami memakai pakaian dari  salah satu TV Nasional dia begitu bersemangat. Spontan saya ambil kamera ponsel dan mulai merekam aksinya.

Penampilan pertama, ia unjuk kebolehan dengan memainkan musik daun, seingat saya waktu itu dia memainkan instument Keny G dan My Heart Will Go On (Titanic)  lantas berikutnya ia membawakan lagu Ibu Kita Kartini dalam bahasa walikan. Rasa penasaran saya belum terjawab siapa sebenarnya pengamen ini. Lantas saya unggah Video pendek ini di Instagram pribadi, barulah saya tau kalau namanya Cak Kandar. Selesai menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini dalam bahasa walikan, teman saya memberinya tips lebih. Tak henti-hentinya ia berterima kasih dalam bahasa inggris dan mengakhirinya dengan satu pantun pendek. 

Nama Cak Kandar baru saja saya kenal dan ternyata tidak hanya saya yang belum mengenalnya, banyak warga Malang Raya ternyata juga belum kenal dia. Hari ini saya membaca salah satu tulisan di portal online http://malangtoday.net yang memuat perlakuan kurang nyaman dari pemilik salah satu warung STMJ di sekitar pasar Tawangmanggu Malang. Kronologinya saya tak begitu tau secara detail, tetapi dari beberapa komen di grup Komunitas Peduli Malang paling tidak saya mendapat gambaran bahwa pemilik warung  tidak begitu respek dengan kehadiran Cak Kandar yang mengamen di warungnya. Miris ya mendengar ekspresi seni yang disajikan gratis tetapi responya kurang bijak. Bahkan sempat terjadi adu mulut antara penggunjung  dan pemilik warung.

Saya memang belum kenal dengan Cak Kandar tetapi belakangan saya baru tau kalau Cak Kandar ternyata Alumnus Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Malang (UM), pernah mengajar di salah satu SMAN di Tumpang, bahkan ada yang menyebutnya dosen di UM. Sehari-hari selain mengamen di sekitaran Pujasera UB, Jl. Trunojoyo dan jalanan di kota Malang, ia juga sering menyanyi di Cafe Legi Pait dan tempat nongkrong komunitas musik di Malang Raya.

Cak Kandar dari luar memang tampak seperti "pengamen jalanan" tetapi marilah kita menaruh kepedulian, memberikan ruang baginya untuk bernyanyi dan berekspresi. Saya yakin Cak Kandar orang baik, bahkan orang hebat dan saya juga yakin jika penjual  itu punya hati dan empati serta tak sekedar mementingkan materi pasti mengerti apa artinya berbagi.

Warga Malang raya rasanya perlu sedikit menyediakan spasi untuk sebuah kepedulian sederhana bagi para "pengamen" dan seniman yang sehari-hari mencukupi diri dengan musik dan seni. Hidup seseorang tak hanya diukur dari penampilan tetapi dari cara dan buah-buah kegembiraan yang meluap dari hati. Saya yakin jika penjual itu memiliki keterbukaan hati maka dia pasti akan merasakan sukacita dan kegembiraan ketika Cak Kandar bernyanyi.


Jika ingin mengenalnya lebih dekat silahkan cek Facebook pribadinya
                                                              
  Wassalam #MalangPeduliCakKandar

Comments

  1. Mohon di ralat...kayae itu warung bukan warung angkringan..beda konsep

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih atas komentar anda. Tuhan Memberkati!

Popular posts from this blog

IBADAT TUGURAN KAMIS PUTIH DENGAN NYANYIAN TAIZE

BERBAGI TAK PERNAH RUGI

Sejarah Filsafat dan Pemikiran Plato