Tradisi Gereja
Tradisi Gereja
Tradisi Gereja atau Tradisi Suci yang diajarkan oleh Gereja
Katolik adalah Tradisi Apostolik, yaitu Tradisi yang diperoleh dari para rasul,
yang diperintahkan oleh Kristus untuk mewartakan semua perintah-Nya (lih. Mat 28:19-20). Para rasul
mewartakan Injil dengan dua cara, yaitu secara lisan dan tertulis, dan yang
lisan ini disebut Tradisi Suci. Katekismus mengajarkan demikian tentang Tradisi
Suci, yang tidak terpisahkan dari Kitab Suci:
KGK 75 “Maka Kristus Tuhan,
yang menjadi kepenuhan seluruh wahyu Allah yang Maha tinggi, memerintahkan kepada para Rasul, supaya Injil,
yang dahulu telah dijanjikan melalui para nabi dan dipenuhi oleh-Nya serta
dimaklumkan-Nya sendiri,mereka wartakan kepada
semua orang, sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan serta sumber
ajaran kesusilaan, dan dengan demikian dibagi-bagikan karunia-karunia ilahi
kepada mereka” (DV 7).
KGk
76 Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengalihan Injil atas dua cara:
- secara lisan “oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan teladan serta penetapan-penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari”;
- secara tertulis “oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga membukukan amanat keselamatan” (DV 7).
- secara lisan “oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan teladan serta penetapan-penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari”;
- secara tertulis “oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga membukukan amanat keselamatan” (DV 7).
KGK
77 “Adapun, supaya Injil senantiasa
terpelihara secara utuh dan hidup di dalam Gereja, para
Rasul meninggalkan Uskup-Uskup sebagai
pengganti-pengganti mereka, yang ‘mereka serahi kedudukan mereka untuk
mengajar’” (DV 7). Maka, “pewartaan para Rasul, yang secara istimewa
diungkapkan dalam kitab-kitab yang diilhami, harus dilestarikan sampai
kepenuhan zaman melalui penggantian, penggantian yang tiada putusnya” (DV 8).
KGK
78 Penerusan yang hidup ini yang
berlangsung dengan bantuan Roh Kudus, dinamakan “Tradisi”, yang
walaupun berbeda dengan Kitab Suci, namun sangat erat berhubungan dengannya.
“Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya dilestarikan serta
meneruskan kepada semua keturunan dirinya seluruhnya, imannya yang seutuhnya”
(DV 8). “Ungkapan-ungkapan para Bapa Suci memberi kesaksian akan kehadiran
Tradisi ini yang menghidupkan, dan yang kejayaannya meresapi praktik serta
kehidupan Gereja yang beriman dan berdoa.” (DV 8). 174, 1124, 2651.
KGK
79 Dengan demikian penyampaian Diri Bapa melalui
Sabda-Nya dalam Roh Kudus tetap hadir di dalam Gereja dan berkarya di dalamnya: “Demikianlah Allah, yang
dahulu telah bersabda, tiada henti-hentinya berwawancara dengan Mempelai
Putera-Nya yang terkasih. Dan Roh Kudus, yang menyebabkan suara Injil yang
hidup bergema dalam Gereja, dan melalui Gereja dalam dunia, menghantarkan Umat
beriman menuju segala kebenaran, dan menyebabkan Sabda Kristus menetap dalam
diri mereka secara melimpah (lih. Kol 3:16)” (DV 8).
KGK
80 “Tradisi Suci dan Kitab Suci berhubungan erat
sekali dan terpadu. Sebab keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama,
dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah tujuan
yang sama” (DV 9). Kedua-duanya menghadirkan dan
mendaya-gunakan misteri Kristus di dalam Gereja, yang
menjanjikan akan tinggal bersama orang-orang-Nya “sampai akhir zaman” (Mat
28:20).
KGK
81 “Kitab Suci adalah pembicaraan Allah sejauh itu termaktub
dengan ilham Roh ilahi”.”Dan Tradisi Suci, menyalurkan
secara keseluruhan Sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus
dipercayakan kepada para Rasul. Tradisi menyalurkan Sabda Allah
kepada para pengganti Rasul, supaya mereka ini dalam terang Roh kebenaran
dengan pewartaan mereka, memelihara, menjelaskan, dan menyebarkannya dengan
setia” (DV 9).
KGK
82 “Dengan demikian maka Gereja”, yang dipercayakan untuk
meneruskan dan menjelaskan wahyu, “menimba kepastiannya tentang segala sesuatu
yang diwahyukan bukan hanya melalui Kitab Suci. Maka dari itu keduanya [baik Tradisi maupun Kitab Suci] harus diterima dan dihormati dengan cita rasa
kesalehan dan hormat yang sama” (DV 9).
KGK
83 Tradisi yang kita bicarakan di
sini, berasal dari para Rasul, yang meneruskan apa yang mereka ambil dari ajaran dan contoh
Yesus dan yang mereka dengar dari Roh Kudus. Generasi Kristen
yang pertama ini belum mempunyai Perjanjian Baru yang tertulis, dan Perjanjian
Baru itu sendiri memberi kesaksian tentang proses tradisi yang hidup itu.
Tradisi-tradisi teologis, disipliner, liturgis atau religius, yang dalam
gelindingan waktu terjadi di Gereja-gereja setempat, bersifat lain. Mereka
merupakan ungkapan-ungkapan Tradisi besar yang disesuaikan dengan tempat dan
zaman yang berbeda-beda. Dalam terang Tradisi utama dan di bawah bimbingan
Wewenang Mengajar Gereja, tradisi-tradisi konkret itu dapat dipertahankan,
diubah, atau juga dihapus.
Maka contoh
Tradisi Suci adalah: 1) Doktrin- doktrin yang diajarkan Gereja Katolik melalui
Konsili- konsili; 2) Doktrin/ ajaran yang diajarkan oleh Bapa Paus, selaku
penerus Rasul Petrus, dan yang juga diajarkan oleh para uskup dalam kesatuan
dengan Bapa Paus; 3) Tulisan pengajaran dari para Bapa Gereja dan para orang
kudus (Santo/ Santa) yang sesuai dengan pengajaran Magisterium; 4) Katekismus
Gereja Katolik; 5) Liturgi dan sakramen-sakramen.
Selanjutnya,
silakan melihat daftar dogma dan doktrin yang diajarkan secara definitif (de
fide) oleh Gereja Katolik, yang merupakan butir- butir pengajaran yang
mengambil dasar dari Tradisi Suci dan Kitab Suci, silakan klik.
Salam kasih
dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas komentar anda. Tuhan Memberkati!