Renungan Hari Minggu Biasa XV (10 Juli 2011)


Hari Minggu Biasa XV (10 Juli 2011)
Matius (13:1-23 (13:1-9)

Para saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam hidup kita sehari-hari kita sering mengalami peristiwa yang tidak mudah kita mengerti. Ada banyak persoalan, kejadian dan berita yang sulit kita tangkap apa maksud dan arti  dari setiap pengalaman atau peristiwa yang kita alami. Pada kenyataannya peristiwa yang terjadi itu adalah peristiwa sederhana. Berita kematian, kabar buruk atau bahkan kabar baik yang tidak terduga. Semua itu sering kita alami dan jumpai. Puji Tuhan jika itu kabar baik dan datang pada saat yang tepat sehingga kita merasakan kegembiraan. Namun bagaimana jika ada kabar buruk yang datang pada kita dan pada saat yang tidak tepat. Misalnya suatu ketika ada kabar bahwa kerabat kita meninggal padahal satu minggu yang lalu kita baru berjumpa. Kita mungkin berpikir, bagaimana mungkin hal itu terjadi?
Hal-hal yang amat sederhana juga kita jumpai di dalam Injil pada hari ini. Pewartaan Yesus yang kita dengar hari ini berusaha mengungkapkan kabar baik mengenai hal Kerajaan Surga. Dengan bahasa perumpamaan Yesus mewartakan kabar ini. Kerajaan Surga itu seumpama seorang penabur, "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" bahasa dalam perumpamaan ini sebenarnya sederhana tetapi toh tidak dimengerti oleh para pendengar bahkan murid-murid sendiri.
Kabar baik yang disampaikan Yesus hari ini boleh dikatakan sulit untuk dimengerti. Padahal bahasa yang digunakan amat sederhana dan begitu dekat dengan keseharian kita. Pengalaman yang sama tentunya juga pernah kita alami. Berita yang seringkali mampir di dalam telinga kita juga kadang tidak bisa kita mengerti, padahal itu biasa terjadi.  Jika peristiwa yang amat sederhana saja sulit kita mengerti apalagi sabda Tuhan di dalam Kitab Suci yang jarang kita baca atau renungkan. Mungkin benar apa yang di katakana Yesaya, Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
Para saudara kita tidak perlu berkecil hati. Mari kita mulai belajar pelan-pelan mengerti sabda Tuhan pertama dengan membuka mata, kedua telinga dan ketiga hati. Jika mata dan telinga kita sudah mendengar itu saja tidak cukup. Kita memerlukan hati supaya kita dapat membatinkan, merenungkan dan diam dalam keheningan. Mencoba mencecap manisnaya sabda Tuhan dalam diam dan dengan hati kita. Ketika banyak perkara yang tidak kita mengerti hadir di dalam hidup kita kita tidak perlu cemas. Kita masih diberi waktu untuk diam untuk menyimpan semua itu didalam hati kita seperti bunda Maria. Dalam keheningan kita diminta mendengar Tuhan menjelaskan Sabdanya. Di dalam ketenangan hati Tuhan menunjukan jawaban atas setiap perkara yang sulit kita mengerti. Selain itu jika kita ingin semakin mengerti dengan apa yang disabdakan Tuhan mari kita bergaul akrab dengan kitab suci. Dengan setia membaca firman kita semakin hari semakin kenal dan terbiasa menangkap apa kehendak Tuhan. Meski pada awalnya sulit tetapi firman yang kita baca setiap hari akan membantu kita bertumbuh dan peka terhadap pesan Allah sendiri. Dengan demikian kita boleh bertumbuh dalam iman dan menemukan kerajaan Surga di dalam hidup kita sehari hari. “Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.”  Tuhan memberkati
                                                Malang, 9 Juli 2011
Aris O.Carm






Comments

Popular posts from this blog

IBADAT TUGURAN KAMIS PUTIH DENGAN NYANYIAN TAIZE

BERBAGI TAK PERNAH RUGI

Sejarah Filsafat dan Pemikiran Plato