RENUNGAN HARI RAYA PENTAKOSTA ( 11 JUNI 2011)


VENI CREATOR SPIRITUS

Para saudara yang dikasihi Tuhan. Hari ini adalah hari Raya yang sungguh agung karena gereja memberi  ‘hadiah’ rohani yang sungguh angung dan luar biasa yaitu Roh Kudus. Hidup Gereja semata-mata adalah rahmat yang diterima dari Roh Kudus sendiri. Roh Kuduslah yang menghembusi nafas hidup. Roh Kuduslah yang menggerakkan, mengubah dan membuahkan iman bagi kita sampai saat ini. Para rasul menantikan kehadiran Roh Kudus dengan penuh iman supaya mendapatkan karunia dan rahmat baru agar dapat memperbaharuai hidup mereka dan karya pewartaan mereka. Tanpa Roh Kudus Gereja tidak akan bertahan dan berjalan sampai saat ini. Kedatangan Roh Pencipta merupakan kedatangan  Parakletos  atau penolong. Ialah yang memberla hidup kita, meghibur dan membawa kita kepada hidup yang baru.
                Empat tahun yang lalu saya sungguh bersyukur karena saya sungguh merasakan sukacita kehadiran Roh Kudus. Pengalaman yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Yang ada hanya sukacita yang meluap-luap. Sejak saat itulah hidup saya diperbaharui. Hidup saya yang dulu layu dan kering menjadi segar kembali. Pengalaman akan Roh Kudus adalah pengalaman luar biasa yang mengubah  dan menumbuhkan hidup saya. Saat itu saya sadar bahwa jika Roh Kudus sudah bekerja manusia tidak kuasa menolak dan menghalang-halanginya.  Inilah Roh yang sama yang diterima oleh para rasul 2000 tahun yang lalu. Roh yang menggerakan hati, iman dan hidup mereka sehingga mereka tidak takut lagi mewartakan sabda Allah dan Yesus yang bangkit.  Roh yang melakukan perbuatan-perbuatan ajaib dan agung.
                Para saudara yang diaksihi Tuhan, hidup kita kadang kala mengalami kekeringan. Banyak sekali himpitan dan persoalan hidup yang melanda kita semua. Tanpa kita sadari itu semua terkadang membuat kita semua menjadi semakin takut, ragu dan putus asa. Sampai pada akhirnya kita kehilangan satu harta berharga dalam hidup kita yaitu HARAPAN. Peristiwa kehilangan harapan adalah persitiwa terakhir yang mungkin akan membuat hidup kita menjadi semakin tidak berarti. Lantas apa yang masih kita miliki? Ketika harapan sudah tidak lagi ada kita kehilangan segala yang menjadi bagian dalam hidup kita. Kehilangan harapan adalah akhir dari segalanya. Oleh karena itu kita diminta untuk mempertahankan harapan itu meski kecil supaya kita mengerti bahwa masih ada satu harapan yang mampu membuat hidup kita penuh arti yaitu Roh Kudus sendiri. Roh yang sudah dijanjikan oleh Tuhan sendiri. Roh Penolong, Roh Penghibur, Roh Pembela, itulah harapan terakhir kita tatkala kita mulai kehilangan harapan. Tuhan kita tidak pernah meninggalkan kita sendirian dan menjadi Yatim piatu setelah ia mati dan naik ke Surga. Ia masih menyertai kita sampai akhir jaman. Ia menghadiahkan kita Roh yang mampu membangkitkan dan membakar hidup kita menjadi baru kembali yaitu Roh Kudus.
                Maka mulai saat ini mintalah dalam hidup anda, hidup kita semua supaya Roh Kudus datang! Pentakosta baru sudah dimulai ketika Konsili Vatikan II. Kini saat nya kita merasakan pentakosta yang sama supaya kita dijadikan baru agar sukacita senantiasa meluap-luap di dalam hati kita. Biarlah Sukacita Tuhan sendiri yang memenuhi hidup kita dan menguasai seluruh perjalanan hidup kita. Bukalah hati anda, agar Roh Kudus sungguh-sungguh hadir dan memmenuhi hidup kita. Saya yakin ketika kita sungguh-sungguh terbukan akan kuasa Roh Kudus kita semua akan menjadi baru kembali dan semakin bersemangat dan bernyala-nyala didalam pelayanan, karya kasih, pewartaan, dan segala aktivitas hidup kita sehari-hari. Percayalah bahwa kuasa Roh Kudus sungguh-sungguh akan memenuhi hidup kita ketika kita membuka hati dan merindukan kedatangannya. “ |Veni Crator Spiritus|”
Veni Creátor Spiritus,
Mentes tuórum vísita;
Imple supérna grátia
Quae tu creásti péctora.
Qui díceris Paráclitus,
Donum Dei altíssimi,
Fons vivus, ignis cáritas,
Et spiritális únctio.
Tu septifórmis múnere,
Dextrae Dei tu dígitus,
Tu rite promíssum Patris,
Sermóne ditans gúttura.
Accénde lumen sénsibus,
Infúnde amórem córdibus,
Infírma nostri córporis
Virtúte firmans pérpeti.
Hostem repéllas lóngius,
pacémque dones prótinus;
Ductóre sic te praévio,
Vitémus omne nóxium.
Per te sciámus da Patrem,
Noscámus atque Fílium,
Te utriúsque Spíritum
Credámus omni témpore.
Deo Patri sit glória,
Et Fílio quia mórtuis,
Surréxit, ac Paráclito,
In saeculórum saécula. Amen.
(Dens O.Carm) 3lingga 10 Juni 2011

Comments

Popular posts from this blog

IBADAT TUGURAN KAMIS PUTIH DENGAN NYANYIAN TAIZE

BERBAGI TAK PERNAH RUGI

Sejarah Filsafat dan Pemikiran Plato