Renungan Minggu Palma Th. A ( 27 April 2011)



Minggu Palma/ Th A ( 17 April 2011)
( Mengenang Yesus yang  memasuki Yerusalem)

Pengantar
            Syalom para saudara yang dikasihi Tuhan, hari ini kita bersama Gereja memasuki minggu suci atau pekan suci. Pekan suci menjadi awal kita untuk mulai merenungkan misteri sengsara Tuhan kita Yesus Kristus. Selama 40 hari kita telah disiapkan untuk melihat kembali diri dan hati kita. Semangat tobat yang sudah kita bangun kiranya membawa kita pada permenungan lebih dalam akan misteri sengsara dan kebangkitan Tuhan. Hari ini kita mengenangkan kembali Yesus yang memasuki kota Yerusalem yang disambut dengan sorak-sorai dengan palma di tangan.  Peristiwa yang sungguh agung karena Tuhan dielu-elukan oleh banyak orang. Mari kita sejenak merenungkan peristiwa ini dan melihat bahwa kita adalah pribadi yang ambil bagian pada saat itu.

Renungan
            Para saudara yang dikasihi Tuhan, peristiwa Yesus memasuki gerbang Yerusalem bukanlah peristiwa yang biasa. Peristiwa Yesus memasuki Yerusalem adalah peristiwa agung yang terselenggara karena campur tangan banyak orang.  Tentunya dari sekian banyak orang yang hadir di situ pasti ada satu atau beberapa orang yang mengkoordiansi atau membuat sekenario singkat acara penyambutan Yesus. Mungkin ada orang yang menyumbang ide mencari daun palma, ada yang menyumbang karpet untuk jalan Yesus, ada yang meminjamkan keledai, ada yang memimpin nyanyian. Semuanya saya rasa komplit dan disiapkan dengan serius.
            Dari sekian orang yang mengambil peran dalam peristiwa agung ini mari kita amati satu peran  yang tidak sederhana yaitu pemilik keledai. Dalam injil tadi dikisahkan Yesus menungang keledai. Keledai itu masih muda dan belum pernah dipergunakan untuk mengangkut beban. Pada masa itu keledai yang masih muda dan belum pernah dipekerjakan untuk mengangkut beban pasti sanggat mahal. Keledai pada masa itu adalah aset yang paling berharga dan tentunya keputusan pemiliknya supaya keledainya dipinjamkan untuk ditunggangi Yesus diputuskan dengan matang.  Pertanyaanya kenapa ia tidak meminjamkan keledai yang sudah tua? Apa alasanya?
            Para saudara mari kita masuk lebih dalam lagi pada kisah injil ini. Keputusan yang diambil oleh pemilik keledai supaya keledainya yang masih muda dipinjamkan pada Yesus tentunya ada alasan. Alasan yang paling penting adalah karena Tuhan yang menaikinya. Karena yang menungganginya adalah Tuhan. Andaikata pemilik keledai ini tidak meminjamkan keladainya tentunya tidak ada peristiwa Yesus di sambut di gerbang Yeruslem. Jika tidak ada keledai ini tidak aka nada peristiwa yang begitu penting bagi kita umat Katolik.  Keputusan pemilik keledai itu meminjamkan keledainya HANYA KARENA TUHAN MEMERLUKANYA merupakan sebuah tindakan yang penuh pengorbanan.
            Pemilik keledai dan keledainya dengan demikian ikut campur tangan dalam peritiwa yang Tuhan inginkan. Keledai itu menjadi bagian dari peristiewa yang Tuhan harus kerjakan.  Para saudara yang dikasihi Tuhan. Dalam hidup kita, pasti kita semua memiliki “keledai”. Suatu aset yang amat berharga yang kita banggakan dan kita jaga dengan begitu serius. Kita punya sesuatu yang sama dengan “keledai” yang ditumpangi Tuhan. Entah itu kekayaan, benda berharga, kemampuan atau yang lainya. Namun pertanyaanya pernahkah kita memberikan itu semua tatkala TUHAN MEMERLUKANNYA? Apa yang kita miliki dalam hidup kita pada intinya tidak akan memiliki nilai apapun jika kita tidak mempergunakannya untuk rencana yang TUHAN PERLUKAN. Uang, mobil, rumah tidak akan ada nilainya jika tidak anda pakai untuk sesuatu yang Tuhan rencanakan. Jika anda punya uang berikalan kepada mereka yang memerlukan, jika punya kendaraan pinjamkan atau berikan tumpangan kepada mereka yang membutuhkan, jika anda punya kemampuan yang lebih untuk gereja sumbangkan. Apapun itu bentuknya  itulah keledai yang dibutuhkan oleh Tuhan. Apa nama keledai kita? Tuhan memerlukannya. SELAMAT MEMASUKI PEKAN SUCI      
    Dens O.Carm 16/04/11

Comments

Popular posts from this blog

IBADAT TUGURAN KAMIS PUTIH DENGAN NYANYIAN TAIZE

BERBAGI TAK PERNAH RUGI

Sejarah Filsafat dan Pemikiran Plato