Konsili Ekumenis dalam Gereja
Panorama 21
Konsili Ekumenis dalam Gereja
oleh: Dr. F.X. Armada Riyanto CM*
KONSILI EKUMENIS merupakan sebutan
“gatherings” dari otoritas Gereja Katolik yang bersifat universal. Konsili
ekumenis bukan saja mengatakan “otoritas mengajar” dari Gereja Katolik, tetapi
juga mencetuskan Tradisi yang di dalamnya Allah telah bekerja lewat Gereja.
Disebut ekumenis, sebab konsili tersebut melibatkan seluruh Gereja Katolik,
tidak partikular atau lokal. Produk dari Konsili Ekumenis berlaku untuk seluruh
Gereja, bukan Gereja setempat.
Tulisan ini merupakan ringkasan
panoramik konsili-konsili yang pernah diadakan di dalam Gereja Katolik. Sebuah
pemandangan keseluruhan diperlukan agar dapat melihat dengan lebih fokus posisi
dari Konsili Vatikan II. Dalam sejarah konsili, Konsili Vatikan II merupakan
konsili ekumenis yang ke-21. Konsili ekumenis apa yang pertama dan yang ke dua
puluh, dapat disimak dalam panorama berikut.
Uraian panoramik menyiratkan bahwa
Gereja Katolik senantiasa memperbarui diri dari masa ke masa (Ecclessia
semper reformanda) dengan segala pengalaman jatuh bangun. Ada berbagai
alasan mengapa konsili diadakan. Tetapi, yang sangat penting disimak ialah
bahwa seiring dengan sejarah manusia yang berkembang, demikian juga tanggapan
Gereja Katolik terhadap aneka persoalan yang dihadapinya. Dalam sejarah Gereja
Katolik terdapat countless konsili-konsili. Tetapi, yang dimaksud dengan
Konsili Ekumenis umumnya hanya 21. Tulisan ini lebih diinspirasikan oleh
artikel “The 21 Ecumenical Councils” yang dapat disimak dalam situs internet
Catholic Library, http://www.newadvent.org/library/...htm (akses 15 Agustus
2005).
Konsili Nicea berlangsung dua bulan
duabelas hari. Konsili Nicea I sangat istimewa. Konsili ini terjadi atas
konvokasi dari St. Alexander, Uskup Alexandria. Partisipan terdiri dari 300-an
uskup (jumlah yang pasti sulit ditentukan mengingat laporan yang berbeda dari
Eusebius dan Athanasius tentang estimasi para peserta). Uskup Cordova bertindak
sebagai yang mewakili Paus Sylvester. Kaisar Konstantinus juga hadir. Eusebius,
sejarawan Gereja, melukiskan Konsili Nicea merupakan konsili yang sangat besar
mengingat para uskup di sekitar wilayah Palestina, Mesir, Yunani dan sekitarnya
hadir. Seringkali Konsili Nicea diadakan untuk “menghukum” (anathema) kesesatan
yang diajarkan oleh Arius. Tetapi tidak hanya itu. Konsili ini juga dimaksudkan
untuk upaya-upaya perdamaian yang pada waktu itu sangat mahal karena perpecahan
umat karena ajaran-ajaran bidaah yang terjadi. Peritus dalam Konsili ini ialah St. Athanasius, Uskup
Alexandria dan St. Ephrem.
Keduanya adalah doktor Gereja.
Dari Konsili ini kita mewarisi Credo
Nicean, sekaligus melawan ajaran Arius tentang kodrat keilahian Putera Allah (homoousios).
St. Athanasius mengajukan rumusan “Credo” yang menegaskan kodrat keilahian
Kristus, dan dengan demikian sekaligus melawan ajaran Arius yang memegang teguh
bahwa Yesus hanya memiliki satu kodrat, kemanusiaan saja. Rumusan iman ini
hingga sekarang masih tetap demikian adanya, dan diucapkan dalam Misa setiap
hari minggu atau hari-hari raya.
We believe in one God the Father
Almighty, Maker of all things visible and invisible; and in one Lord Jesus
Christ, the only begotten of the Father, that is, of the substance [ek tes
ousias] of the Father, God of God, light of light, true God of true God,
begotten not made, of the same substance with the Father [homoousion to patri],
through whom all things were made both in heaven and on earth; who for us men
and our salvation descended, was incarnate, and was made man, suffered and rose
again the third day, ascended into heaven and cometh to judge the living and
the dead. And in the Holy Ghost. Those who say: There was a time when He was
not, and He was not before He was begotten; and that He was made our of nothing
[ex ouk onton]; or who maintain that He is of another hypostasis or
another substance [than the Father], or that the Son of God is created, or
mutable, or subject to change, [them] the Catholic Church anathematizes.
Seringkali Konsili Nicea merupakan
salah satu konsili terpenting Gereja Awali. Dalam Konsili ini dihasilkan 20
kanon yang menampilkan “organisasi” (penataan) awal kehidupan Gereja pada waktu
itu. Berikut kanon-kanon tersebut:
|
Canon 1
|
:
|
On the admission, or support, or expulsion of
clerics mutilated by choice or by violence.
|
|
Canon 2
|
:
|
Rules to be observed for ordination, the
avoidance of undue haste, the deposition of those guilty of a grave fault.
|
|
Canon 3
|
:
|
All members of the clergy are forbidden to dwell
with any woman, except a mother, sister, or aunt.
|
|
Canon 4
|
:
|
Concerning episcopal elections.
|
|
Canon 5
|
:
|
Concerning the excommunicate.
|
|
Canon 6
|
:
|
Concerning patriarchs and their jurisdiction.
|
|
Canon 7
|
:
|
Confirms the right of the bishops of Jerusalem to
enjoy certain honours.
|
|
Canon 8
|
:
|
Concerns the Novatians.
|
|
Canon 9
|
:
|
Certain sins known after ordination involve invalidation.
|
|
Canon 10
|
:
|
Lapsi who have been ordained knowingly or
surreptitiously must be excluded as soon as their irregularity is known.
|
|
Canon 11
|
:
|
Penance to be imposed on apostates of the
persecution of Licinius.
|
|
Canon 12
|
:
|
Penance to be imposed on those who upheld
Licinius in his war on the Christians.
|
|
Canon 13
|
:
|
Indulgence to be granted to excommunicated
persons in danger of death.
|
|
Canon 14
|
:
|
Penance to be imposed on catechumens who had
weakened under persecution.
|
|
Canon 15
|
:
|
Bishops, priests, and deacons are not to pass
from one church to another.
|
|
Canon 16
|
:
|
All clerics are forbidden to leave their church.
Formal prohibition for bishops to ordain for their diocese a cleric belonging
to another diocese.
|
|
Canon 17
|
:
|
Clerics are forbidden to lend at interest.
|
|
Canon 18
|
:
|
Recalls to deacons their subordinate position
with regard to priests.
|
|
Canon 19
|
:
|
Rules to be observed with regard to adherents of
Paul of Samosata who wished to return to the Church.
|
|
Canon 20
|
:
|
On Sundays and during the Paschal season prayers
should be said standing.
|
Hadir dalam Konsili ini 150 uskup.
Konsili dipanggil oleh Kaisar Theodosius I. Konsili Konstantinopel I sering
disebut sebagai Konsili Gereja Katolik Yunani. Konsili ini dimaksudkan untuk
melawan para pengikut Macedonius yang menisbikan kodrat keilahian dari Roh
Kudus. Credo yang dimiliki Gereja Katolik saat ini adalah Credo (rumusan iman)
produk dari Konsili Nicea dan Konstantinopel, yang di dalamnya Roh Kudus dan
Putera ditegaskan kodrat keilahiannya (qui simul adoratur).
Konsili ini dipimpin oleh St. Gregorius Nazianze,
Uskup Konstantinopel dan St. Sirilus
dari Yerusalem. Dalam patristik Yunani, Konsili Konstantinopel dilaporkan
memproduksi 7 kanon penting. Tetapi dalam versi Latin, empat kanon, di
antaranya kanon ketiga berisi deklarasi bahwa Patriarch Konstantinopel
merupakan “New Rome” maka layak mendapat penghormatan keprimatan setelah Paus
di Roma. Konon Tradisi Gereja Latin tidak mengakui kanon ini sampai tahun 869
delegasi Paus di Roma mengakui Konstantinopel sebagai primat kedua. Pengakuan
ini akan berlanjut Konsili Lateran IV (1215) dan Konsili di Florence (1439).
Lebih dari 200 uskup, Konsili ini
dipimpin oleh St. Sirilus dari Alexandria, mewakili Paus Celestinus I. Konsili
mendefinisikan kesatuan personal Kristus, mendeklarasikan Maria Bunda Allah (Theotokos)
melawan Nestorius, Uskup Konstantinopel, dan sekaligus menghukum Pelagius.
Konsili ini juga melawan ajaran Apollinarianisme yang mengajarkan kesesatan
berkaitan dengan Yesus. Menurut Apollinaris, Kristus tidak sungguh-sungguh
manusia, Ia hanya memakai “pakaian” tubuh manusia, tak memiliki “jiwa” manusia.
Dalam Konsili ini, iman akan Kristus ditegaskan sebagai sungguh-sungguh
manusia.
Konsili Kalsedon diikuti oleh 150
uskup pada waktu jaman Paus Leo I (Leo Agung)
dan Kaisar Marcianus. Konsili ini menegaskan dua kodrat (ilahi dan manusiawi)
dalam diri Kristus. Dan, dengan demikian melawan Eutyches yang telah
diekskomunikasikan, karena mengajarkan kesesatan Monophysitism, yaitu bahwa
Kristus hanya memiliki kodrat ilahi saja.
Konsili Konstantinopel Kedua ini
dijalankan oleh 165 uskup, di bawah pimpinan Paus Vigilius dan Kaisar Yustinus
I. Konsili menegaskan kesesatan-kesesatan dari Origenes dan beberapa tulisan (The
Three Chapters) dari Theodoret, Theodore, Uskup Mopsuestia dan Ibas, Uskup
Edessa. Konsili ini juga menegaskan berlakunya keputusan-keputusan empat
konsili terdahulu, istimewanya karena otoritas mengajar dalam Konsili Kalsedon
disangsikan oleh para bidaah.
Konsili Konstantinopel, di bawah Paus
Agatho dan Kaisar Konstantinus Pogonatus, diikuti oleh Patriarch Konstantinopel
dan Antiokia, 174 uskup dan Kaisar. Konsili ini mengakhiri monothelitisme
sekaligus mendefinisikan dua kodrat dan kehendak dari Kristus (ilahi dan
manusiawi) sebagai suatu prinsip yang berbeda dalam operasionalnya. Konsili ini
mengutuk (anathematizing) Sergius, Pyrrhus, Paul, Macarius, dan para
pengikutnya.
Konsili Nicea II diadakan atas
inisiatif Kaisar Konstantinus VI dan ibunya, Irene, di bawah Palls Adrianus I.
Konsili dipimpin oleh para utusan Paus Adrianus. Konsili ini mengatur
penghormatan terhadap icon-icon suci. Hadir dalam Konsili ini 300 sampai 367
uskup. Konsili ini lebih dimaksudkan untuk mengurus apa yang disebut kontroversi
“iconaklasme”.
Konsili Konstantinopel yang keempat
ini diadakan pada waktu jaman Paus Adrianus II dan Kaisar Basilius. Sejumlah
132 uskup dan 3 utusan Sri Paus, serta 4 Patriarch dalam konsili ini melawan
konsili liar yang dibuat oleh Photius melawan Paus Nikolas dan Ignatius (Uskup
dan Patriarch Konstantinopel). Konsili ini mengutuk Photius yang secara tak sah
menjarah martabat ke-patriarch-an. Konsili ini - bagaimanapun juga - menegaskan
betapa skisma Photius sungguh mendominasi Gereja Yunani. Dan, uniknya tidak
pernah diadakan konsili di Gereja Timur untuk melawan Photius.
Konsili Lateran I adalah konsili
pertama yang diadakan di kota Roma, di bawah Paus Callistus II. Partisipan
sejumlah 900 uskup dan para abas (= pemimpin biara). Konsili ini menghilangkan
hak-hak yang diklaim para pangeran atau raja atas benefisi kegerejaan. Konsili
ini juga membahas disiplin dalam Gereja dan pemulihan Tanah Suci (Yerusalem)
dari para penyerang, kaum tidak beriman (infidels).
Konsili ini merupakan konsili kedua di
Roma, di bawah Paus Inocentius II. Peserta Konsili Lateran II sekitar 1000
uskup dan Kaisar Konrad. Tujuannya ialah melawan kesesatan-kesesatan Ardoldus
dari Brescia.
Lateran III terjadi di bawah Paus
Alexander III, dan Kaisar Frederikus I. Terdapat 302 uskup. Konsili ini mengutuk
kesesatan para Albigenses dan Waldenses. Disamping itu, konsili ini juga
menerbitkan sejumlah dekrit reformasi moral.
Konsili Lateran IV diadakan pada jaman
Paus Innocentius III. Hadir pada waktu itu para Patriarch Konstantinopel dan
Yerusalem, 71 uskup agung, 412 uskup, dan 800 abas (pimpinan biara Maronit) dan
Santo Dominicus. Konsili
ini melawan secara rnendetil simbol-simbol Albigenses (Firmiter credimus),
mengutuk kesesatan berkaitan dengan konsepnya tentang Allah Tritunggal dari
Abas Yoakim dan menerbitkan 70 dekrit reformasi penting. Konsili ini termasuk
konsili paling penting dalam Abad Pertengahan. Sebab dalam konsili ini
dilukiskan hal-hal penting dalam hidup Gereja dan kekuasaan Paus.
Konsili pertama di Lyons dipimpin oleh
Paus Innocentius IV. Hadir di dalam konsili ini: para Patriarch dari
Konstantinopel, Antiokia dan Aquileia (Venezia), 140 uskup, Kaisar Baldwin II
(Kaisar dari Timur), St. Louis, Raja Perancis. Konsili ini mengekskomunikasi
Kaisar Frederik II dan mengarahkan Perang Salib yang baru di bawah komando Raja
Perancis, melawan Saracens dan para penyerang dari Mongolia.
Konsili ini atas inisiatif Paus
Gregorius X, para Patriarch Antiokia dan Konstantinopel. Hadir 15 kardinal, 500
uskup dan lebih dari 1000 partisipan para bangsawan. Konsili ini lebih
dimaksudkan untuk reunifikasi Gereja Yunani dan Roma. Nama filioque
ditambahkan dalam simbol Konstantinopel dan cara-cara baru diupayakan untuk
mempertahankan Palestina dari serangan orang-orang Turki. Di sini pula,
digariskan peraturan pemilihan Sri Paus.
Konsili ini diadakan di sebuah kota di
Perancis yang bernama Vienne atas perintah dari Paus Clemens V, Paus pertama
yang tingga1 di Avignon. Para Patriarch dari Antiokia dan Alexandria, 300 uskup
dan 3 raja (Philipus IV dari Perancis, Edward II dari Inggris, dan James II
dari Aragon) hadir. Konsili memfokuskan pada upaya-upaya Perang Salib baru
sekaligus reformasi kehidupan klerus dan ajaran bahasa Timur di universitas-universitas.
Konsili Constance diadakan pada waktu
skisma besar di Barat, dengan tujuan untuk mengakhiri perpecahan di dalam tubuh
Gereja. Konsili ini sah karena Gregorius XI secara formal memanggilnya. Konsili
ini cukup berhasil mengakhiri skisma, segera setelah pemilihan Paus baru,
Martinus V. Berbagai perpecahan di Barat nyata dengan terdapatnya para paus,
sampai akhirnya Paus yang sah (Martinus V) menegaskan dekrit konsili melawan
Wyclif dan Hus. Konsili ini unik, karena produk konsili ini menjadi ekumenis
hanya ketika menjelang berakhir (pada sesi ke 42-45). Namun demikian,
dekrit-dekrit sebelumnya disahkan pula Paus Martinus V.
Konsili Basel dijalankan untuk pertama
kalinya di kota itu. Konsili dipimpin oleh Paus Eugenius IV dan Kaisar
Sigismund dari Roma. Tujuannya ialah perdamaian religius Bohemia. Karena ada
pertengkaran dengan Paus, konsili dipindahkan ke Ferrara (1438), kemudian ke
Firenze (1439) di mana pertemuan singkat dengan Gereja Yunani berhasil
dijalankan. Konsili Basel disebut konsili ekumenis hanya sampai sesi ke
duapuluh lima. Eugenius IV mengesahkan dekrit-dekrit yang berhubungan dengan
pembasmian heresi, perdamaian di antara umat Kristen, reformasi Gereja dan
hak-hak Tahta Suci.
Konsili Lateran kelima berjalan lima
tahun, di bawah Paus Julius II dan Leo X dan Kaisar Maximilian I. Sejumlah 15
kardinal dan sekitar 80 uskup agung dan uskup ambil bagian di dalamnya.
Dekrit-dekrit keputusannya pada umumnya perihal disiplin hidup menggereja.
Perang Salib baru melawan serangan invasi orang-orang Turki juga disiapkan,
tetapi terhambat oleh gejolak agama yang dimunculkan oleh Luther di Jerman.
Konsili Trente terbilang paling lama
dalam sejarah konsili. Berlangsung delapan belas tahun (1545-1563) di bawah
lima Paus: Paulus III, Julius III, Marcellus II, Paulus IV dan Pius IV dan dua
Kaisar Charles V dan Kaisar Ferdinand. Hadir 5 kardinal utusan Tahta Suci, 3
Patriarch, 33 uskup agung, 235 uskup, 7 abas, 7 jenderal dari ordo-ordo
monastik, 160 doktor teologi. Konsili Trente dimaksudkan untuk memeriksa dan
menghukum kesesatan-kesesatan yang diproklamasikan oleh Luther dan kaum
reformis (protestan) sekaligus untuk pembaruan disiplin intern hidup
menggereja. Dari semua konsili, Konsili Trente bukan hanya konsili yang berlangsung
paling lama, tetapi juga menerbitkan paling banyak dokumen dekrit dogmatik dan
pembaruan dan menghasilkan produk-produk dokumen yang sangat berpengaruh dalam
sejarah Gereja. Dari sendirinya Konsili ini juga menghukum protestantisme.
Konsili ini dipanggil oleh Pius IX.
Konsili ini berlangsung dari tanggal 8 Desember 1869 dan berakhir (dihentikan)
tanggal 18 Juli 1870. Tetapi, sampai tahun 1908 konsili ini belum tuntas. Hadir
6 uskup agung, 49 kardinal, 11 patriarch, 680 uskup agung, 28 abas, 29 pemimpin
ordo dan tarekat. Semuanya 803 partisipan. Disamping banyak keputusan yang
penting berkaitan dengan iman dan konstitusi Gereja, konsili juga menerbitkan
dekrit infalibilitas Paus apabila berbicara ex cathedra, yaitu apabila
sebagai gembala dan guru dari umat Katolik dia mendefinisikan ajaran iman dan
moral bagi seluruh Gereja.
Konsili Vatikan II dipanggil oleh Paus
Yohanes XXIII. Diumumkan pertama kali tanggal 25 Januari 1959. Dibuka secara
resmi tanggal 11 Oktober 1962, dengan persiapan yang cukup lama. Ditutup oleh
Paus Paulus VI tanggal 8 Desember 1965. Konsili Vatikan II memproduksi 16
dokumen: tentang pewahyuan Allah, liturgi, Gereja, Gereja di dunia modern,
komunikasi sosial, ekumenisme, Gereja-gereja Timur, pembaruan hidup religius,
tentang awam, pendidikan calon imam, aktivitas misioner, pendidikan kristiani,
relasi dengan agama-agama bukan kristen, dan kebebasan agama. Tidak seperti
konsili-konsili sebelumnya, Konsili Vatikan II tidak dimaksudkan untuk
menghukum atau mengutuk bidaah atau heresi atau kesesatan yang terjadi baik di
masa lalu maupun masa kini. Konsili Vatikan II lebih dirancang untuk pembaruan
hidup Gereja secara menyeluruh di dunia modern. Pada sesi pembukaannya, hadir
2540 uskup dan para partisipan lain, di dalamnya para ahli teologi dan para
observers. Konsili Vatikan II adalah emblem bagi transformasi Gereja Katolik di
peradaban modern.
Dalam sejarah Gereja umumnya dikatakan
bahwa Konsili Vatikan II menjadi lapangan perdebatan ramai antara kelompok
tradisionalis (konservatif) dan modernis (progresif). Yang tradisionalis ialah
Kardinal Ottaviani, Kardinal Antonio Bacci, Uskup Marcel Levebvre (dari
Perancis), Uskup Gerald de Proenca Sigaud (dari Jacarezinho, Brasil) termasuk
di dalarnnya.
Sementara itu, kelompok modernis
(umumnya mayoritas) terdiri dari tokoh-tokoh Jerman, Belgia, Belanda, Austria,
Perancis, Italia dan Amerika, seperti Karl Rahner, Hans Küng, Hans Urs von
Balthazar, Teilard de Chardin, Yves Congar, Gerard Philips, Walter Kasper,
Joseph Ratzinger, Johannes Willebrands, Edward Schillebeeckx, Henri de Lubac,
Christopher Basil Butler, John Courtney Murray, Uskup Zauner dari Linz,
Austria, Julius Cardinal Dopfner, Eugene Cardinal Tisserant, Giacomo Cardinal
Lercaro, Joseph Cardinal Frings, Bernardus Cardinal Alfrink, Leo Cardinal
Suenens, Franz Cardinal König, Paul-Emile Cardinal Leger, Giuseppe Cardinal
Siri, Paul Cardinal Richaud, Giovanni Cardinal Urbani, Francis Cardinal
Spellman, Albert Cardinal Meyer, Augustine Cardinal Bea, Michael Cardinal
Browne, wakil presiden Komisi Teologi dan John Joseph Cardinal Wright dari
Amerika, Jean Cardinal Villot, Annibale Bugnini. Tokoh terakhir ini merupakan
arsitek utama pembaruan Gereja dalam liturgi.
Di samping nama-nama ini, dari
sendirinya Angelo Cardinal Roncalli (Paus Yohanes XXIII) dan Giovanni Cardinal
Montini (Paus Paulus VI) termasuk dalam tokoh-tokoh yang menyerukan dengan
lantang pembaruan hidup Gereja Katolik dalam Konsili Vatikan II.
* Profesor dan Ketua STFT Widya Sasana Malang
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas komentar anda. Tuhan Memberkati!