Telaah Buku ( Posmo)
Telaah buku
Judul : Tuhan dan Agama dalam Dunia Postmodern
Penulis : Davin Ray Graffin
Penerbit : Kanisius
Tebal buku : 210 hal
Setelah menjadi” ratu ilmu pengetahuan” pada abad pertangahan Teologi pada saat ini mulai turun derajatnya. Ada dua alasan yang menyebabakan kenapa teologi turun derajatnya. Pertama ketika peralihan abad pertengahan ke abad modern nilai-nilai transenden dan jiwa manusia yang menjadi inti dari visi religius mulai luntur. Dengan kata lain ketika abad modern lahir dimana rasionalitas menjadi sangat didewakan, Tuhan tidak lagi menjadi penting dan memiliki peranan yang besar seperti ketika abad pertengahan. Kedua dalam dunia modern teologi tidak lagi relevan. Teologi yang dianggap sebagai pusat dan pertahanan iman sudah tidak diperlukan, karena modernitas sudah mampu menemukan dan menyelamatkan dirinya dengan teknologi sains. Singkatnya teologi menjadi tersisih karena pandangan dunia modern tidak memberikan kemungkinan suatu visi teologis yang rasional dan bermakna. Dalam keadaan krisis semacam ini teologi tidak lagi menemukan dirinya secara utuh. Tuhan dan agama seakan-akan menjadi lenyap dalam dunia ilmu pengetahuan modern. Segala sesuatu dirasa menjadi cukup dan mampu berdiri sendiri, bahkan dalam hal beriman sekalipun dengan lahirnya peradaban baru yang disebut dengan teknologi orang tidak lagi berminat pada Tuhan. Lalu mulailah dari sini kita bertanya, dimanakah ini iman yang menjadi dasar keselamatan bagi banyak orang? Apa yang akan terjadi setalah runtuhnya teologi dan berakhirnya modernitas? Apa yang akan terjadi dengan manusia? Dimana peranan Tuhan dan Agama?
Dari pertanyaan-pertanyaan ini kita ditawarkan dengan satu pandangan baru yaitu Teologi Postmodern. Teologi postmodern berbeda dengan teologi sebelumnya ( abad pertangahan), karena disini postmodern menawarkan visi yang benar-benar religius terhadap dunia. Teologi postmodern ini bisa dibangun pada teologi yang menentang pandangan dunia modern bukan berdasarkan otoriterisme ilmu-ilmu, melainkan berdasarkan pemahaman yang sepenuhnya lebih rasional dan realistis.
Selain itu ada juga alasan yang saling berkaitan yang mendorong semakin menurunya kepercayaan akan Tuhan. Alasan yang paling kuat untuk menolak Tuhan adalah masalah kejahatan. Masalah ini jelas sekali dalam pertentangannya antara kebaikan dan kekuasaan Tuhan yang diyakini ada pada Tuhan, juga pengalaman adanya kejahatan. Dengan kata lain kejahatan menjadi gambaran yang amat jelas bahwa Tuhan yang Mahabaik dan Mahakuasa itu tidak ada. Gagasan ini melahirkan satu pemikiran bahwa pada dasarnya pandangan dunia modern mendefinisikan Tuhan yang memiliki kekuasaan tertinggi yang ilahi sebagai sumber kemahakuasaan. Seperti yan sudah tertulis diatas alasan kedua juga masih sama. Griffin mengatakan bahwa alasan kedua untuk menolak eksistensi Tuhan adalah angapan bahwa percaya pada Tuhan menghambat dorongan untuk mendapatkan kebebasan manusia dari segala penindasan yang menyeluruh. Dalam hal ini yang menjadi permasalahan adalah gereja menjadi otoritas utama dalam mendakwa dan menentukan kebebasan umat manusia. peristiwa Galileo menjadi satu polemik besar bahwa Tuhan ( Gereja) mengekang kebebasan manusiawi setiap manusia.
Setelah mengalami delema yang cukup besar berkaitan dengan kebebasan, sekarang ini rasa percaya pada Tuhan mulai kembali lagi dengan mempertahankan komitmen formal modernitas terhadap kebebasan, pengalaman dan penalaran yang berlandasakan pada pandangan dunia postmodern. Sebagai salah satu jalan untuk mengembalikan kepercayaan akan Tuhan Griffin menawarkan satu solusi. Yaitu menentang modernitas dengan kembali ke pola yang lebih maju yaitu 3 hal tadi, kebebasan, pengalaman dan penalaran. Kita memang tidak bisa menolak secara langsung modernitas. Penolakan akan modernitas tanpa memasukan 3 unsur diatas memang tidak akan bisa terjadi. Postmodern hadir ditengah-tengahnya dan sekarang ini adalah momentum yang paling tepat untuk mengembalikan kepercayaan Tuhan. Dalam hal ini pandangan dunia postmodern terkandung empat macam kritik. Pertama : argumen pragmatis : dunia modern memandang dunia sebagai tidak memiliki suatu nilai objektif dan makna, sehingga bagian integral dirinya tidak bisa hidup selaras dengan pandangan dunia yang seluruhnya relativistik. Argumen filosofis menyerang landasan kepercayaan modern yang menyatakan bahwa satu-satunya dasar dunia mampu memberikan pengertian tentang materi. Argumen hitoris memberikan serangan terhadap dua anggapan dasar mengenai alam yang memandang satuan dasar dan bagian materi yang tidak memiliki perasaan. Argument ilmiah argumen yang menunjukan beberapa perkembangan bahwa ilmu alam memberikan satu bukti empiris yang mampu membuktikan pandangan mekanistik dan gagasan tentang materi dasar.
Dari beberapa argumen ini dunia postmodern memberi kemungkinan bangkitnya rasa percaya Tuhan menjadi wajar kembali. Postmodern juga memandang bahwa dunia ini adalah suatu ruang spiritual yang mampu membuat dorongan religius dalam diri kita menjadi lebih nyata, karena realitas ilahi alam semesta ada dalam kita dan kita didalamnya. Kehidupan kita selalu memiliki makna keabadian didalamnya.
Agama postmodern.
Setelah Tuhan begitu tidak dipercayai dan diyakini pada dunia modern, satu ruang yang mampu mengenalkan Tuhan juga terancam yaitu agama. Griffin mengatakan bahwa dunia modern bangkit melalui persaingan antara dua jenis spiritualitas, yaitu spiritualitas kreativitas yang muncul dalam renaissance ilmiah, filosofis dan religius serta spiritualitas kepatuhan yang berkembang dari reformasi Protestan pada abad keenam belas. Setelah dua spiritualitas ini bersaing maka mulailah muncul apa yang disebut dengan padangan modern awal yang dualistik. Dalam pandangan ini juga dikatakan bahwa jiwa manusia secara keseluruhan dianggap tidak sama dengan benda-benda di alam. Jiwa tidak hanya memiliki pengalaman yang berarti suatu nilai intrinsik. Pandangan dualistik ini juga mendukung dua spiritulaitas manusia, bahwa hukum yang berlaku pada manusia di representasikan dibawah kuasa Tuhan melalui Gereja. Pada intinya ketegangan- ketegangan awal abad ini mebawa pada masalah-masalah baru dalam agama. Masalah yang muncul tidak jauh beda dengan apa yang terjadi ketika orang mulai tidak percaya pada Tuhan, Yang pertama adalah kejahatan. Kejahatan tetap menjadi masalah sentral, kejahatan muncul karena manusia tidak diberi kebebebasan sesuai dengan kodratnya. Yang kedua yang menjadi sangat penting kenapa orang semakin tidak menaruh minat pada agama adalah karena, Injil yang diyakini sebagai wahyu Tuhan, berdasarkan telaah historis dan sastra menunjukan segala tanda kreativitas manusia. Dari masalah ini Griffin mau mengatakan bahwa pada abad-abad modern manusia mulai meragukan peran sang ilahi dalam mewahyukan dirinya. Injil bagi mereka semata-mata hanya buatan manusia yang bisa dan mengandung banyak kekeliruan serta kontradiksi. Masalah ketiga adalah munculnya cara pandang evolusioner. Gagasan yang menyatakan penciptaan berlangsung secara seketika cocok dengan gagasan bahwa Tuhan secara inheren memiliki semua kekuatan dan bahwa penciptaan berangkat dari “ ketiadaan”
Dari apa yang terjadi pada masa-masa awal abad modern hingga munculnya postmodern Griffin dalam kaitanya dengan agama mau menawarkan satu gagasan agama baru. Agama postmodern adalah satu gagasan baru yang lebih menonjolkan satu religiusitas dalam setiap pribadi manusia. Agama bukan lagi sebagai satu institusi yang mengekang kebebasan manusia dalam berkreativitas bersama penciptanya. Agama postmodern mencoba membuka pengalaman yang naturalistik yang memberi makna bagi hidup dan kebebasan. Griffin mencoba memberi satu gagasan bahwa agama postmodern memberikan satu dasar bahwa perasaan dan nilai instrinsik dalam diri manusia merupakan ciri khas dalam setiap individu. Sehingga agama menjadi lebih realistis dan terhindar dari dualisme dan materialisme. Agama postmodern mencoba membuka setiap pengalaman manusia menjadi satu pribadi yang utuh, yang mampu berkreativitas bersama sang ilahi. Juga dalam hal lain agama postmodern memberikan satu nuansa harmonis pada imu pengetahuan dan teologi. Agama postmodern mencoba medekonstruksi paradigma abad modern bahwa pengetahuan yang menjadi dewa baru bagi umat manusia itu menjadi lebih seimbang dan memiliki derajat yang sama dengan teologi. Spiritualits kreativitas tanpa kepatuhan yang mau ditawarkan dalam postmodern membatu setiap manusia menggali dirinya bersama dirinya, alam, dan sang pencipta.
Dari sekian pemikiran yang cerdas mengenai dunia postmodern buku ini juga memiliki kelemahan bahwa banyak gagasan yang mau disampaikan sedikit sulit untuk cepat dimengerti. Mungkin karena buku ini dikumpulkan dari fragmen-fragmen yang pembahasanya tidak semuanya sistematis. Juga bahasa yang terlalu padat dan sarat akan bahasa filosofis sehingga kurang menarik jika dibaca orang awam. Tetapi ide dasar buku ini sungguh-sungguh cemerlang dan cerdas. Griffin mau memberikan apa yang belum pernah ditulis oleh banyak penulis buku lainya mengenai teologi dan postmodern. Buku ini juga terasa komprehensip karena mengangkat isu sentral seperti apa artinya menjadi manusia, posisi dan makna kreativitas, apa itu Tuhan, evolusi, hidup sesudah mati, spiritualitas gagasan-gagasan baru yang menggantikan agama. Selain itu buku ini cukup kental dengan pandangan dan pemikiran filsafat Whiteheadian.
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas komentar anda. Tuhan Memberkati!