Moral( Analisis FIlm)
SESAL, MENGAPA engkau SELALU MENJADI YANG TERAKHIR?
Sebuah Analisis Moral Terhadap Film Doubt Karya John Patrick Shanley
Oleh: Agustinus Nanang Aris
1. Sinopsis Film Doubt
Isu mengenai pelecehan seksual atau pedofilia yang dilakukan para imam di Eropa dan Amerika sepertinya tidak pernah ada habisnya. Baru-baru ini Paus Benediktus XVI dengan penuh hormat dan kerendahan hati meminta maaf atas tindakan yang sudah dilakukan para anggotanya. Paus menyampaikan rasa malu dan duka cita atas apa yang dialami korban dan keluarganya (Hidup, 2 Mei 2010). Selain permintaan maaf Paus, beberapa uskup yang pernah melakukan pelecehan seksual juga dengan rasa hormat mengundurkan diri dari jabatan uskup. Semua ini dilakukan semata-mata untuk memulihkan martabat Gereja yang sudah cemar. Gereja akhir-akhir ini sedang teraniaya oleh anggotanya sendiri, begitu ungkap Paus ketika memberikan surat terbuka atas kasus pedofilia. Peristiwa ini tidak hanya menciderai Gereja, melainkan juga hati umat, sehingga banyak umat menuntut Paus mundur dari jabatanya. Kritik datang dari segala penjuru atas kasus ini. Di Austria ada 6.000.000 umat Katolik berencana meninggalkan gereja. Dalam website CNN ribuan kritik pedas membuat Gereja “babak belur”. Kritik biasa disampaikan dalam banyak bentuk, lewat seni, blow up surat kabar, You Tube, buku, sastra dan juga film. Salah satu Film yang mencoba menuangkan kritik atas prilaku para imam yang melakukan pelecehan seksual adalah film Doubt. Film ini disutradarai oleh John Patrick Shanley, yang diangkat dari drama yang ditulis dia sendiri. Film ini diberi judul Doubt karena berkisah tentang prasangka seorang suster terhadap seorang pastor yang diyakini melakukan pelecehan seksual terhadap seorang anak di sekolahnya
Seting film ini terjadi pada tahun 1964. Tokoh utama dalam film ini adalah Sr. Aloysius Beauvier, yang diperankan oleh Meryl Streep. Dia adalah kepala sekolah di sebuah sekolah Katolik, St. Nikolas, di kawasan Bronx, Amerika Serikat. Dengan gaya yang khas pendidikan masa itu ia dia tampil sebagai seorang pendidik yang disiplin, kaku dan suka menghukum. Metode pendidikan yang ia terapkan di sekolah itu ialah pendidikan konservatif. Semua murid dituntut untuk patuh mendengarkan guru, mencatat, menghafal, tidak diperbolehkan menggunakan pulpen, bahkan aksesori seperti jepit rambutpun dilarang. Bagi dia, modernitas itu merusak moral. Sekolah harus membentuk anak yang disiplin, bermoral, patuh pada guru. Tokoh kedua yang menjadi sosok penting dalam film ini adalah Pastor Flynn, yang diperankan oleh Philip Seumour Hoffman. Pastor Flynn adalah atasan Sr. Aloysius dan seorang pendidik yang terbuka pada perubahan, progresif dan terbuka pada situasi jaman. Dua tokoh ini Sr. Aloysius dan Pastor Flynn ditampiklan sebagai sosok yang berbeda bahkan mungkin berseberangan. Dari dua tokoh inilah, film ini memiliki kekuatan secara emosional dan karakter yang khas.
Persoalan utama yang ingin ditampilkan dalam film ini adalah soal tuduhan yang dialamatkan pada Pastor Flynn. Tuduhan yang disampaikan oleh Sr. Aloysius mengenai pelecehan seksual yang dilakukan oleh Pastor Flynn. Bermula dari ketidaksengajaan Sr. James, guru sejarah di sekolah itu yang melihat Pastor Flynn memasukan kemeja Donald Miller seorang siswa Afro Amerika. Setelah itu menyusul peristiwa kedua ketika Sr. James melihat keanehan Donald Miller setelah kembali dari ruang Pastor Flynn dan mulutnya bau alkohol. Awalnya peristiwa ini tidak memiliki arti apa-apa dan prasangka apapun kepada Sr. James, namun setelah peristiwa ini di ceritakan kepada Sr. Aloysius cerita ini berkembang menjadi sebuah kecurigaan bahwa Pastor Flynn telah melakukan pelecehan seksual terhadap Donald Miller. Meski kecurigaan ini awalnya tidak memiliki bukti tetapi lama kelamaan Sr. Aloysius menghubungkan dengan beberapa kejadian yang dilihatnya antara lain: perlakuan istimewa Pastor Flynn pada Donald Miller karena ia adalah satu-satunya anak Afro Amerika di seklolah itu, kemudian pengakuan dari orang tua Doanald Miller yang diceritakan pada Sr. Aloysius, sikap salah seorang murid yang melepas tanganya ketika dipengang oleh Pastor Fleynn. Kejadian-kejadain inilah yang menjadi benang merah dan memperkuat keyakinan bahwa Pastor Fleynn telah melakukan pelecehan seksual
Film ini memang tidak secara eksplisit menunjukan fakta apakah Pastor Fleynn sungguh-sungguh melakukan pelecehan seksual? Jawaban atas pertanyaan ini sesungguhnya tidak begitu jelas. Dalam beberapa dialog yang dilakukan antara Pastor Fleynn dan Sr. Aloysius di dalam ruang kepala sekolah juga tidak menunjukan titik terang apakah Pastor Fleynn sungguh melakukan pelecehan seksual. Penjelasan yang diberikan oleh Pastor Fleynn sendiri agaknya terkesan datar dan tidak memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan yang diajukan oleh Sr. Aloysius. Meski secara esmosional kedua karakter ini menguatkan keyakinannya Sr. Aloysius atas tuduhanya, namun pengakuan Pastor Fleynn tidak muncul. Meski demikian Sr. Aloysius memiliki kayakinan bahawa Pastor Fleynn sungguh melakuakn pelecehan seksual pada Donald Miller. Keyakinan Sr. Aloysius sebenarnya tidak memiliki dasar yang kuat, karena ketika Pastor Fleynn bertanya mengapa ia begitu yakin padahal ia tidak memiliki bukti, Sr. Aloysius tidak memberikan alasan yang jelas. Keyakinan yang tidak memiliki dasar ini menjadi amat penting karena nantinya dalam akhir cerita mengungkapkan keraguan dalam diri Sr. Aloysius atas semua tuduhanya. Ketegangan yang terjadi dalam ruang kepala sekolah selesai dengan adegan Sr. Aloysius meninggalkan ruangan dan Pastor Fleynn dengan ketabahanya berusaha bersikap tegar. Akhir dari film ini adalah Pastor Fleynn akhirnya dipindah ke paroki lain dan mendapatkan promisi jabatan lebih tinggi di Sekolah Katolik Hironimus. Adegan penutup yang sungguh mengejutkan ditutup dengan dialog antara Sr. James dan Sr. Aloysius di taman sekolah, dimana Sr. Aloysius akhirnya mengungkapkan kebohonganya selama ini dan keraguan atas semua pernyataan yang telah ia tuduhkan kepada Pastor Fleynn mengenai hubunganya dengan Donald Miller. Tangisan Sr. Aloysius seolah-oleh memberikan jawaban bahwa ia telah mengakui kesalahanya. Kesalahan karena ia telah berbohong bahwa ia mengetahui masa lalu Pastor Fleynn dari paroki sebelumnya dan menelpon seorang suster di paroki sebelumnya.
2. Analisis Moral Atas Tuduhan Sr. Aloysius
Film adalah sebuah karya visual yang merepresentasikan realitas sesungguhnya. Karena film bukan realitas sesungguhnya maka untuk mampu mengungkap isi dari film itu perlu sebuah penafsiran. Tafsir adalah usaha untuk melepaskan teks atau apa yang visual menjadi lebih mudah dipahami dan dimengerti. Dalam kerangka kuliah teologi moral film ini hendak ditafsir dari sisi-sisi moral yang terdapat pada diri tokoh-tokohnya. Secara khusus dalam diri Sr. Aloysius yang memberikan tuduhan pelecehan seksual terhadap Pastor Fleynn kepada Donald Miller. Mengapa tuduhan menjadi pokok utama dari pembahasan pada bagian ini? Alasanya sederhan karena uduhan yang dilakukan oleh Sr. Aloysius adalah motif utama atas analisis moral dalam film ini. Secara ringkas dalam hubunganya dengan kuliah moral kehormatan, kebenaran dan kesetian analisis moral dalam bagian ini akan dibagi menjadi 3 bagian:
Pertama soal kehormatan: analisis yang hendak di uraikan adalah soal pencemaran nama baik. Setiap orang punya kewajiban untuk menjadi nama baiknya. Bilamana nama baik itu dicemarkan? Nama baik dicemarkan bila bila setiap orang merasa dirugikan. Dalam kasus ini Sr. Aloysius sudah mencemarkan nama baik Pastor Fleynn dengan menyebarkan fitnah atas tuduhan pelecehan seksual, padahal tidak ada bukti yang menguatkan atas perbuatan ini.
Kedua soal kebenaran dan kebohongan: kebenaran adalah milik semua orang dan kebenaran adalah kesesuaian antara pengetahuan dan kenyataan. Tuduhan Sr. Aloysius terhadap Pastor Fleynn yang telah melakukan pelecehan seksual tidak bisa dibuktikan dengan bukti-bukti yang konkrit dalam kenyataanya. Kebenaran tidak hanya serta merta diukur dari keyakinan, tetapi juga bukti-bukti yang akurat. Dengan demikian apa yang dilakukan Sr. Aloysius atas keyakinanya terhadapa tuduhan yang ia kenakan pada Pastor Fleynn tidak memiliki dasar yang kuat karena tidak ada bukti yang akurat. Selain soal kebenaran perbuatan kedua yang dilakukan Sr. Aloysius adalah kebohongan yang dilakukan kepada Pastor Fleynn. Ia mengatakan telah menelepon seorang biarawati di paroki sebelumnya dimana Pastor Fleynn bertugas. Pada akhir cerita kebohongan ini terungkap bahwa sebenarnya Sr. Aloysius tidak menelepon siapapun. Ia berbohong untuk memperkuat keyakinan terhadap tuduhan yang ia berikan.
Ketiga soal kesetiaan: secara khusus kesetiaan yang dianalisis dalam film ini adalah kesetian terhadap sesama atau atasan. Sr. Aloysius adalah bawahan dari Pastor Fleynn, maka dengan sendirinya ia harus setia dalam menjalankan tugasnya. Dalam film ini dengan jelas kesetian Sr. Aloysius kepada Pastor Fleynn tidak muncul. Sebaliknya yang ada adalah sikap antipati dan usaha untuk menyingkirkan Pastor Fleynn.
4. Penilaian Moral Terhadap Tuduhan Sr. Aloysius
Bagian ini secara khusus akan memberikan penilaian moral atas beberapa analisis yang telah penulis uraikan diatas. Pisau bedah yang digunakan untuk memberikan penilain, dengan sendirinya mengunakan penilaian moral katolik, secara khusus dengan prinsip-prinsip yang terdapat dalam moral kehormatan, kebenaran dan kesetiaan.
a. Soal Kehormatan
Dalam uraian nomor tiga telah disebutkan bahwa soal kebenaran yang akan di bicarakan adalah soal pencemaran nama baik. Pencemaran nama baik yang dilakukan Sr. Aloysius terhadap Pastor Fleynn. Dalam moral kehormatan dengan begitu jelas disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk mempunyai nama baik. Kehormatan dan nama baik merupakan hak asasi manusia. Karena itu, setiap orang harus menjaga nama baiknya sendiri, nama baik sesama, maka dengan sendirinya setiap orang tidak boleh mencemarkan nama baik sesamanya. Inilah yang menjadi tugas utama setiap manusia yaitu menjaga nama baik sesamanya. Setiap orang juga harus memperlakukan orang lain dengan hormat. Orang yang memperlakukan sesamanya dengan hormat, menjaga nama baiknya, berarti memperlakukan orang dengan adil. Pencemaran nama baik dengan sendirinya adalah tindakan yang melanggar kehormatan orang lain. Pencemaran nama baik meliputi, menyebar kebohongan, isu dan fitnah. Pencemaran nama baik tidak hanya salah secara yuridis, tetapi juga secara moral. Bahkan secara moral Kristiani setiap orang Kristen yang melakukan pencemaran nama baik melanggar norma-norma dalam moral kehormatan.
Tindakan Sr. Aloysius bisa kita tafsirkan sebagai pencemaran nama baik Pastor Flynn. Dengan bukti-bukti yang kurang, Sr. Aloysius menuduh Pastor Flynn melakukan pelecehan seksual, bahkan Sr. Aloysius juga memaksa Pastor Fleynn mengakui perbuatanya Ia juga berusaha meyakinkan ibu dari Donald Miller bahwa Pastor Flynn melakukan pelecehan seksual terhadap anaknya. Sr. Aloysius juga mencoba mempengaruhi Sr. James, dengan beberapa alasan rohani, bahwa tidakannya benar. Tindakan Sr. Aloysius ini dikategorikan sebagai pencemaran nama baik. Tuduhan Sr. Aloysius pada Pastor Fleynn tentang pelecehan seksual yang ia lakukan pada Donal Miller tidak memiliki bukti yang kuat. Jika tuduhan Sr. Aloysius itu memiliki bukti dan alasan yang cukup wajar maka tuduhan itu tidak termasuk pencemaran nama baik. Namun karena tuduhan Sr. Aloysius tidak memiliki alasan dan bukti yang cukup kuat hal ini termasuk pencemaran nama baik dan secara moral melanggar kehormatan orang lain.
b. Soal Kebenaran
Kebenaran adalah nilai yang mendasar dalam hidup manusia dan hidup masyarakat. Tanpa kebenaran, hidup tidak memiliki arti. Oleh karena itu kebenaran harus selalu diperjuangkan dan dikejar. Kebenaran secara moral harus menjadi dasar dan pijakan setiap manusia. Maka dengan alasan apapun kebenaran selalu ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi dari seluruh sikap hidup manusia. Orang akan rela melakukan apapun demi memperjuangkan kebenaran.
Sr. Aloysius, dalam film Doubt, berusaha memperjuangkan kebenaran. Menurut dia, kebenaran harus disingkapkan. Sehingga dengan segala macam cara Sr. Aloysius berusaha mengungkap kisah antara Pastor Fleynn dan Donal Miller. Ia ingin mengetahui dengan jelas hubungan Pastor Fleynn dan Donal Miller. Apakah yang terjadi dalam hubungan mereka? Untuk menjawab ini maka Sr. Aloysius berusaha mencari “bukti-bukti” tentang hubungan mereka berdasarkan peristiwa-peristiwa dan kebetulan-kebetulan, pengakuan Sr. James dan pengalamanya sendiri. Berdasarkan “bukti-bukti” yang dihimpun, Sr. Aloysius akhirnya menyingkap “kebenaran” yang ia temukan yaitu, keyakinan bahwa Pastor Flynn melakukan pelecehan seksual terhadap Donald Miller. Dengan kata lain, Pastor Flynn adalah seorang paedofilia. Itulah kebenaran yang ditemuakan oleh Sr. Aloysius.
Kebenaran yang ditemukan oleh Sr. Aloysius ini masih dalam asumsi atau kesimpulan pribadinya maka untuk meyakinkan dan menguatkan “kebenaran” yang ia yakini ia berusaha meminta penjelasan langsung dari Pastor Fleynn. Dengan sedikit unsur tekanan dan paksaan ia mendesak Pastor Fleynn untuk mengakui perbuatanya. Penjelasan apapun yang dijelaskan tidak memuaskan karena pada dasarnya Sr. Aloysius sudah berprasangka sejak awal, sejak sebelum kejadian ini terjadi.
Prasangka sejak awal ini dibarengi juga dengan kebohongan tersembunyi. Sr. Aloysius akhirnya merasa terpojok karena tindakan Pastor Fleynn yang akan menuliskan pengakuan Sr. Aloysius untuk menjelaskan alasan kepindahanya. Sehingga Sr. Aloysius mengaku telah menelepon paroki terakhir dimana Pastor Fleynn bertugas, dan mengetahui keburukan-keburukan masa lalunya. Hal ini dikatakan bukan sebagai fakta yang benar melainkan sebagai usaha untuk mendesak Pastor Fleynn mengakui perbuatnya. Dusta atau kebohongan merupakan perbuatan buruk intrinsik, namun tidak mutlak. Artinya bahwa dari dirinya sendiri, dusta itu buruk. Namun, apakah setiap orang yang berdusta itu berdosa? Jawabannya tentu tidak. Misalnya, dengan alasan yang logis orang berdusta untuk melindungi orang lain yang sedang dalam bahaya. Tetapi jika tujuannya sendiri buruk, maka orang yang berbohong itu tentu tidak bisa dibenarkan. Dalam kasus Sr. Aloysius, kebohongan yang dilakukan bertujuan untuk membahayakan orang lain, mencemarkan nama baik orang lain. Apa yang dilakukan oleh Sr. Aloysius ini jelas merugikan orang lain dan dengan alasan apapun tidak dibenarkan secara moral. Alasanya, karena dengan sengaja Sr. Aloysius merancang kebohongan itu demi tindakan yang mengarah kepada kepentingannya sendiri.
c. Soal Kesetiaan.
Soal kesetiaan pada intinya didasarkan pada kesetiaan pada Kristus. Kesetiaan apapun dalam hidup kristiani harus selalu diarahkan seturut teladan Kristus sendiri, yaitu taat pada Bapa. Kesetiaan senantiasa dibarengi dengan semangat cinta dan kebenaran. Maka nilai-nilai cinta kasih dan kebenaran harus selalu menjiwai kesetiaan. Kesetiaan meliputi kesetiaan pada Tuhan, pada diri sendiri, dan juga pada sesama. Dalam berbagai bidang kesetiaan jaman ini seringkali juga dibungungkan dengan janji-janji untuk setia pada apa yang menjadi tujuan hidup kita, misal perkawinan, hidup membiara atau imamat.
Secara etimologis kesetiaan berasal dari kata Fides, artinya kepercayaan pada orang lain, janji sendiri, sikap serius dan tulus yang menjamin pelaksanaan tugas dan kewajiban yang sudah dijanjikan berdasarkan kontrak. Dalam kasus Sr. Aloysius seharusnya ia menaruh kesetiaan atau kepercayaan pada Pastor Fleynn yang menjadi atasanya. Namun kenyataanya justru banyak hal ditentang oleh Sr. Aloysius. Ia tidak pernah sepaham dengan Pastor Fleynn dalam mengelola model pendidikan di sekolah St. Nikolas. Maka tuduhan yang dialamatkan pada Pastor Fleynn merupakan usaha untuk menyingkirkan Pastor Fleynn dari sekolah itu. Dalam dialog terakhir bersama Pastor Fleynn kelihatan sekali bahwa Sr. Aloysius tidak menganggap Pastor Fleynn sebagai atasanya. Bahkan ketika Sr. Aloysius mengungkapkan kebohonganya kepada Sr. James mengenai Pastor Fleynn, kata-katanya menunjukan sikap tidak setia dan antipati yang kuat. “ Pengunduran dirinya adalah pengakuanya” inilah kalimat yang Sr. Aloysius katakan sebagai keyakinan dan ungkapan antipatinya pada Pastor Fleynn.
Cerita akhir dari adegan dialog Sr. Aloysius dan Sr. James sungguh merupakan ringkasan dari karakter pribadi Sr. Aloysius yang tidak pernah menyukai sikap Pastor Fleynn. Dengan banyak cara dan usaha yang keras Sr. Aloysius berusaha mencari tahu membuktikan bahwa Pastor Fleynn adalah seorang pedofil. Semunya itu pertama-tama dilakukan bukan semata-mata karena pengakuan yang berawal dari Sr. James ketika ia melihat Pastor Fleynn memasukkan baju di loker Donald Miller, melainkan sudah sejak semula Sr. Aloysius memiliki sikap antipati pada Pastor Fleynn. Ketidaksetiaan Sr. Aloysius dengan demikian memang sudah ditunjukan sejak awal Pastor Fleynn memimpin sekolah St. Nikolaus. Fitnah, kebohongan dan usaha pembuktian atas tuduhan yang dilakukan Sr. Aloysius semata-mata karena ia tidak menaruh kepercayaan kepada Pastor Fleynn.
3. Penutup
Doubt adalah film yang cukup berat untuk dimengerti setidaknya bagi penulis sendiri. Banyak hal yang tidak mudah dipahami secara eksplisit. Pengarang film ini mengajak kita untuk berimajinasi dan menafsir dengan kacamata yang jernih. Secara personal film ini hendak berbicara bahwa setiap orang harus-berhati-hati dalam membuat sebuah keputusan dan meyakini kebenaran yang masih kabur. Secara sederhana dari segi sinematografi film ini memang sulit lebih dan menjadi lebih sulit lagi karena harus dianalisis secara moral. Kesulitan yang muncul karena pengarang sendiri tidak memberi kejelasan untuk mampu menjawab persoalan moral seperti yang telah diuraikan diatas. Namun demikina toh dengan sedikit keberanian menafsir dan menghubungkan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam moral kehormatan, kebenaran dan kesetian akhirnya film ini juga mempunyai nilai-nilai dan pesan moral yang cukup kontributif untuk kuliah moral.
Doubt menurut hemat penulis dengan sengaja dibuat supaya penontonya melihat dengan jeli setiap keputusan, lebih-lebih yang masih ragu-raguan. Dalam keraguan orang dihadapakan pada situasi untuk tidak begitu saja mengambil suatu keputusuan dan keyakinan. Namun kita diajak untuk sejenak berdiam dan berdialog dengan hati nurani. Hanya dengan hati nuranilah setiap orang mendapat keyakinannya. Sehingga dengan sendirinya hati nurani menuntun pada kebenaran yang seungguhnya. Andaikata Sr. Aloysius mengerti akan hal ini mungkin ia tidak perlu membuat kebohongan dan fitnah. Andaikata demikian mungkin penyesalan tidak akan selalu berada pada akhir sebuah kejadian.
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas komentar anda. Tuhan Memberkati!