Pergeseran Filsafat Modern ke Postmodern
Pergeseran Filsafat Modern ke Postmodern
Yakobus Nandus
1. Pengantar
Kita merasa terbantu sekali dengan adanya perkembangan-perkembangan teknologi, industri, politik, dan ideologi. Ini semua merupakan product zaman modern. Maka orang-orang begitu mendewa-dewakan dan mengagungkan ilmu pengetahuan. Bahkan bagi mereka: ‘knowledge is the power’. Pernyataan ini mau menegaskan bahwa perkembangan di zaman modern ini dengan mengunakan ratio mampu membawa pribadi untuk memiliki kesadaran untuk berkreasi. Situasi ini yang nantinya akan berdampak pada kehidupan sosial bermasyarakat.
Perkembangan yang drastis dalam masyarakat modern seperti itu, seringkali dilihat sebagai sebuah krisis hebat bagi mereka yang memiliki cara hidup dan model pemikiran berbeda. Tatanan sosial dan pemikiran yang demikian ini bagi mereka membutuhkan perspektif dan solusi baru dalam masalah sosial dan politik yang muncul. Dengan sudut pandang ini, tibalah kita pada zaman pemikiran postmodern. Mereka ini adalah orang-orang yang menginginkan adanya perubahan
Melalui paper ini, saya akan berusaha menyumbangan secara singkat pergeseran zaman modern ke postmodern. Untuk sampai pada pemahaman itu, saya akan membagi jalan pemikirannya demikian 1) pengantar 2) Panorama 3)Pergeseran modern ke postmodern 3) Penutup. Semoga melalui paper ini dapat membantu untuk memberikan sumbangan yang berguna untuk mengerti tentang pergeseran modern ke postmodern.
2. Panorama
Secara garis besar saya akan memberikan semacam panorama mengenai modern dan postmodern. Satu hal yang paling mencolok pada pemikiran para filsuf modern adalah mereka menyibukan dirinya pada persoalan cara dasar menemukan dasar pengetahuan yang benar tentang semuanya. Ini terlihat bagaimana itu menjadi kegelisahan Rene Descartes. Dan itu merupakan khas yang menjadi kegelisahan filsuf zaman modern yaitu tentang metode memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, peranan subyek sangat memainkan peran penting. Sehingga zaman ini ditandai kemandirian subyek berpikir. Namun selanjutnya zaman modern bukan hanya merujuk pada suatu ‘periode’ melainkan juga suatu bentuk kesadaran yang terkait dengan kebaruan. Hal itu tampak terjadi pada masyarakat modern yang bercirikan pertumbuhan ekonomi, sain, dan ekonomi kapitalis.
Melihat kejadian dimasyarakat yang semerawut oleh begitu banyak hal menurut para pemikiran selanjutnya tidak serasi, maka mereka menilai ini merupakan kegagalan dari pemikiran zaman itu. Maka, mereka menginginkan perombakan. Karena subyek yang tadinya menjadi penentu kini menjadi tertindas. Dengan kata lain, ini mau mengatakan bahwa zaman modern gagal total. Sehingga perlu cara mengerti yang baru. Maka muncullah postmodern
3. Pengertian
Yang dimaksudkan dengan ‘modernisme’ dibidang filsafat adalah gerakan pemikiran dan gambaran dunia tertentu yang awalnya diinspirasikan oleh Descartes, dikokohkan oleh gerakan Pencerahan (Enlightenment/aufklarung), dan mengabadikan hingga abad kedua puluh ini melalui dominasi sains dan kapitalisme1. Filsafat modern sebenarnya memasudkan “Filsafat Metodologi”, hal ini yang dipelopori oleh R. Descartes.
Frederic Jameson mengunakan istilah postmodern di bidang kebudayaan, kataya, adalah logika kulture yang membawa tranformasi dalam suasana kebudayaan umumnya. Ia mengaitkan tahapan-tahapan modernisme dengan kapitalisme monopoli sedangkan postmodern dengan kapitalisme pasca Perang Dunia II. Diyakininya, bahwa postmodernnisme muncul berdasarkan dominasi teknologi reproduksi dalam jaringan global kapitalisme multi nasioanl2. Sebenarnya istilah postmodern di bidang filsafat menunjuk pada segala bentuk refleksi kritis atas paradigma-paradigma modern.
4. Pergeseran Modern ke Postmodern
Saya melalui tulisan ini ingin memberikan pemahaman mengenai pergeseran modern ke postmodern. Pertama-tama yang akan saya soroti adalah:
Titik tolak berpikir Modern
Salah satu yang menjadi kekhasan di dalam filsafat modern adalah suatu ketidakpastian. Karena ada sesuatu yang tidak pasti maka pantaslah kita menyangsikan apa yang ada. paling tidak dengan menyangsikan paling tidak kita akan berusaha dan berpikir mencari apa yang pasti. Dengan saya sangsi maka saya benar-benar ada karena saya sedang menyangsikan apa yang ada. dengan jalan pemikiran seperti itu, Rene Descartes mengatakan bahwa ”Je pense donc je suis atau Cogito Ergo Sum (aku berpikir maka aku ada)3. Dalam penjelasan ‘cogito’ berarti saya berpikir (ratio). Dengan saya berpikir berarti saya memiliki kesadaran. Dan kesadaran itu merupakan milik diriku sendiri. Dengan demikian dapat simpulkan bahwa titik tolak filsafat modern adalah filsafat kesadaran.
Penjelasan ‘Ergo sum’ berarti saya ada. Artinya saya hadir dan sedang memikirkan. Dari kesadaran subyek ke saya ada akan membuahkan sebuah metafisika modern. Metafisika yang dimaksudkan adalah metafisika kehadiran. Dalam metafisika ini Allaah di mengerti sebagai “Aku Yang Ada”. Dengan demikian, filsafat Rene Descartes mengandaikan adanya sebuah proses dan metodologi untuk meraih kepastian. Ini disebabkan oleh Rene Descaartes sangat gelisah akan ketidakpastian.
Titik tolak berpikir Postmodern
Bagi dunia postmodern titik berangakatnya adalah dari pengaruh strukturlisme yang dikembangkan oleh seorang linguistik yaitu Ferdinand Saussers dan anthropologis Claude Levi-Strauss4. Levi-strauss misalnya, menerapkan analiasa linguistik terhadap kajian sosial mitologi, sistem kekeluargaan dan fenomena antropologis. Revolusi strukturalis merancang analida holistik yang menganaliasa fenomena secara terpisah-pisah maupun menyeluruh, dengan mendefenisikan struktur sebagai hubungan bagian-bagian didalam sebuah sistem umum. Tujuan seluruh aktivitaas strukturlis, bidang pemikiran maupun puisi adalah untuk membentuk kembali sebuah obyek dan melalui ini, juga akan diperkenalkan aturan-aturan fungsi atau ‘fungsi’ dari obyuek ini5.
Kritik strukturalis berkeinginan mengahapus konsep subyek yang telah mendominasi dari tradisi filsafat yang berasal dari Rene Descartes sampai sarte6. Dengan cara demikian, strukturalis ingin menekankan penurunan pada subyektifitas yang berbeda dengan sistem simbol. Dengan model ini, subyek dibentuk melalui hubungan di dalam bahasa. Kegunaaan khusus bahasa oleh subyek-subyek individual ditentukan oleh langue, atau sistem bahasa itu sendiri7.
Cara menuju pada kebenaran modern
Zaman modern mengunakan sebuah metode dalam mencapai kebenaran. Metode ini yang dicetuskan oleh Rene Descartes. Bagi R. Descartes cara untuk mencapai kebenaran yang pasti dengan cara menyangsikan pengetahuan lama. Atau dengan kata lain menyangsikan kebenaran Lama. Dengan menyangsikan kebenaran lama berarti mengandaikan ada proses untuk menemukan kebenaran yang pasti.
Cara menuju pada kebenaran postmodern
Perlu di ingat bahwa titik tolak berpikir postmodern adalah sturkturalis yang tampak dalam bahasa. Ini akan tampak pada Hermeneutika Heideggerian, yang hanya mengolah inspirasi dari Husserl, telah membawa pemahaman baru atas persoalan “Ada”, “Kebenaran” dan “Filsafat” pada umumnya. Lebenswelt-nya Husserl bagi Heidegger tiada lain adalah yang biasa disebut “eksistensi”, yaitu keberadaan dalam temporalitas, alias dalam sejarah dan dunia. Hermeneutika berarti berupaya menyingkap struktur dan hakikat ada, melalui anlisis eksisitensial. Pada point ini diyalkinani bahwa modalitas penahaman kita akan pengadaan (being) itu sana dengan modalitas sang ada (being ) itu sendiri dalam membukakan dirinya pada kita. Jadi, hermeneutika adalah penafsiran atas ada sekaligus cara sang ada itu menampilkan dirinya sendiri8.
Pergeseran Modern-Posmodern secara menyeluruh9
Pertama: Naturalisme Scientifik zaman modern ini sangat ditekankan bahkan bayak sekali bidang-bidang dalam ilmu Hard-sciene begitu ditonjolkan. Ini semua yang akan bermuara pada bidang teknologi dan industri. Sehingga pada masa ini teknologi begitu sangat menonjol sekali. Karena ilmu dibidang ini begitu kuat maka yang terjadi adalah ilmu-ilmu sosial terabaikan atau bahkan tidak diperhatikan lagi. Tragis bagi mereka yang berkerja pada industri-industri kemandirian mereka terabaikan. Sistem ini yang kemudian di konstruksi. Sehingga pentinglah memperhatikan kehidupan sosial bermasyarakat. Karena sangat nyaris bahwa ilmu-ilmu sosial erabaikan sama sekali
Kedua: Moral sosial yang represif. Ini tampak sekali pada pehaman yang diutarakan oleh Freud. Dalam industri orang-orang menjadi terikat. Sehingga waktu untuk keluarga sedikit sekali atau bahkan sama sekali tidak ada. Hal ini akan berakibat manusia kehilangan pribadinya. Karena ia menjadi manusia masal. Ia akan kehilangan apa yang sangat esensial bagi para pemikir modern. Sehingga manusia itu perlu untuk menemukan kembali diri pribadinya. Dalam pencarian ini, Freud membagi tiga untuk mencari SELF yaitu: Id; Ego; Super-Ego.
Ketiga: Kehidupan yang terorganisir secara ketet dan kultur masa (eksistensialisme). Manusia cenderung dilihat sebagai satu dimensi saja. Secara keberadaanya ia hanya di pandang sebagai pekerja di abrik sehingga ia menjadi mesin yang terus saj bekerja. Sengga ia yang adalah manusia atau katakan priobadi yang mandiri itu tidak ad bedanya lagi denga sebuah mesinyang terus berproduksi. Pada masa ini manusia itu benar-benar menjadi hancur-hancuran sebagi pribadi yang mandiri seperti yang dipikirkan oleh para filuf zaman modern.
Situasi yang semikin ini yang kemudian mengalami pergeseran cara melihat manusia sebagi suatu pribadi. Manusia bukanlah ‘mesin’ manusia adalah pribadi yang memiliki keunikan. Manusia itu pribadi yang sangat kaya akan pengalaman. Setiap pribadi memiliki pengalamannya masing-msing. Mereka juga berbeda dalam melihat pengalamannya itu. Ini adalah kekhasan manusia yang unik. Dalam setiap jam manusia memiliki pengalamannya sendiri-sendiri. Ia sungguh pribadi yang kaya akan pengalaman.
Karena manusia itu kaya akan pengalaman dan unik, kita membutuh kacamata untuk melihat pengalaman itu sebagi sesuatu yang unik. Untuk membaca pengalaman yang unik itu kita membutuhkan yang disebut dengan Hermeneutika. Dengan demikian kita melihat apa yang ada sebagai realitas sebagai teks. Ini memaksudkan bahwa fenomenologi hidup ini membutuhkan membaca secara berulang-ulang. Jadi, kita harus membaca hidup ini seumur hidup kita. Elaborasi itu ada dalam hidup ini. Dengan demikiamn kita dapat mengatakan bahwa hidup ku ini sangat kompleks.
4. penutup
Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan bahwa zaman modern telah membantu kita menemukan diri pribadi kita yang utuh. Diri kita ini adalah pribadi yang mandiri. Pribadi yang mampu untuk berkreasi sendiri. Untuk sampai pada suatu kreasi yang baru samangat penting untuk mengusahakan bahkan menyangsikan kebenaran-kebenaran lama untuk memperoleh pengetahuan yang pasti untuk diri kita. Alangkah sayangnya ini semua mendapat hambatan ketika kita harus berhadapan pada keterikatan. Kita akan kehilangan diri kita yang mandiri. Ini salah satu kegagalan bagi filsafat modern.
Dalam postmodern telah memberikan kita suatu pemahaman yang berarti lagi mengenai hidup kita ini. Suatu pengertian yang sangat menarik untuk terus kita simak. Bahwa hidup kita ini sebagai teks yang perlu kita baca secara berulang-ulang. Ini semua untuk mencari pemahaman dan pengertian yang berguna untuk kehidupan kita. Karena kehidupan kita yang kaya itu penting bagi kita untuk terus menafsirkannya disetiap saat.
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas komentar anda. Tuhan Memberkati!