Industri dan Kegagalannya


Industri dan Kegagalannya
Oleh: Yakobus Nandus


1. Pengantar
Industri adalah  product dari modernitas. Banyak orang berlomba-lomba untuk berkerja dibidang-bidang industri tertentu. Karena dari segi ekonomi hal itu dapat memberikan harapan-harapan yang menjamin kesejahteraannya. Karena marak orang-orang yang ingin bekerja sehingga dengan sendirinya pihak industri akan gampang untuk melakukan apa saja untuk memperoleh keuntungan. Sehingga manusia itu sendiri diperlakukan sebagai mesin.
Dan fenomena industri ini demikian yang dianggap menarik bagi penulis. sehingga melalui artikel ini, penulis ingin memaparkan tentang “Industri dan Kegagalannya”. Untuk mengerti pemahaman tersebut dengan mudah, penulis membagi alur pemikiran demikian: 1) Pengertian Industri 2) Industri dan Kegagalannya 3) Kesimpulan. Dengan demikian, penulis mengharapakan dengan karya tulis ini dapat memberikan sumbangan yang mendalam untuk memahami industri dan kegagalanya.

2. Industri
            Industri adalah product dari modernitas. Dengan kata lain, Industri merupakan sabagai cetusan dari pemikiran yang kritis. Ini yang akan menumbuhkan ide-ide cemerlang untuk kemajuan. Dalam buku yang berjudul: Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche, Hardiman mengatakan dengan kemajuan dimaksudkan bahwa manusia menyadari waktu sebagai sumber langka yang terulangi1. Perjalanan selanjutnya, kemajuan di bidang industri merupakan jalan tol menuju kehancuran subyektivitas manusia. Mereka bekerja dianggap sebagai mesin. Karena ketika orang berhadapan dengan industri berarti orang berhadapan dengan sistem kerja. Manusia  yang tadinya diagung-agungkan kini tunduk pada sistem kerja tersebut.
            Manusia terjebak pada sistem kerja yang tidak membuat manusia merasa bebas. Manusia yang tadinya berkerja untuk mengekspresikan kemampuannya kini ia benar-benar terbelenggu. Karena ia terikat oleh sistem yang membuatnya tidak berdaya.

3. Industri dan Kegagalannya
            Pemikiran modern adalah gelombang pemikiran yang membawa fajar baru bagi ilmu pengetahuan. Rene Descartes adalah pelopor filsafat modern. Dalam sebuah panorama Dr. Armada mengatakan filsafat modern adalah filsafat yang mengedepankan rasionalitas dengan tujuan untuk meraih kebenaran2. Dengan mengunakan ratio, kita mengandaikan bahwa orang tersebut dalam kondisi sadar. Maka, bila orang yang akan mencapai kebenaran dengan melamun itu adalah omong kosong.  Kebeneraan yang dimaksudkan adalah kebenaran yang diperoleh dengan mengunakan ratio bermetodis.
Dengan demikian, subyektivitas sangat berpengaruh besar dalam filsafat modern. Dalam buku berjudul: Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche, F. B. Hardiman mengatakan subyektivitas dimaksudkan bahwa manusia menyadari dirinya sebagi subyektum, yaitu sebagai pusat realitas yang menjadi ukuran segala sesuatu3.   Pernyataan tersebut mau menyatakan bahwa subyek adalah kunci utama untuk meraih kebenaran.
            Perpaduan antara subyektivitas dan ratio ini yang selanjutnya akan melahirkan kemajuan-kemajuan di bidang Industri. Dengan demikian industri adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan. Namun akankah industri mampu untuk menempatkan manusia pada kemandiriannya?
Industri sebagai penjara
            Manusia yang tadinya sebagai pribadi yang mandiri kini terperangkap dalam penjara industri. Manusia tidak lagi mandiri. Ini berarti ia terbelenggu. Dengan demikian, manusia tergantung pada industri. Ia kini terjebak dalam penjara yang membuatnya tidak mandiri. Bambang mengatakan bahwa akibat dari itu adalah masyarakat cenderung menjadi tidak manusiawi4. Tentunya pendapat Bambang ini bertitik tolak dari manusia yang diperlakukan sebagi mesin.
 Industri sumber ketidak-adilan5
            Pendapat Dr. Armada tersebut bertitik tolak dari jatuhnya manusia dalam sistem kerja. Manusia dipandang sebagai benda yang hanya dinilai dari segi fungsinya saja. Dengan demikian, manusia sungguh tidak berdaya. Frans Magnis-Suseno dalam bukunya mengatakan keterasingan dalam pekerjaan adalah dasar segala keterasingan manusia6. Pekerjaan membuat manusia menjadi menjadi tidak nyata.
            Industri sebagai sumber ketidak-adilan tampak pada kasus Limbah SIER banjiri Rungkut7. Sebuah koran mengupas industri membuang limbah secara tidak bertanggungjawab. Akhirnya masyarakat yaang tidak terlibat di situ mengalami dampak negatif yang ditimbulkan oleh sebuah industri.
                 
3. Kesimpulan.
            Dengan melihat kenyataan industri sebagai penjara sangat jelas industri gagal memanusiawikan manusia. Kelemahan industri itu merupakan suatu bentuk penindasan. Ini terlihat pada  tujuan dari industri yang hanya untuk mencari keuntungan semata. Manusia seolah-olah diperlakukan sebagi mesin. Dan memang secara fungsinya manusia dan industri sama saja. Ini membuat manusia menjadi terpenjara dan tidak mandiri sama sekali.
            Dengan demikian, di industri sendiri terjadi ketidak-adilan. Karena manusia hanya dipandang sebagai alat yang berjalan. Manusia berfungsi dengan tujuan memproduksi. Sehingga manusia menjadi tidak nyata. Ia tidak mampu lagi mengekspresikan diri melalui pekerjaannya melainkan ia dituntut untuk memproduksi dengaan patokan waktu yang telah ditentukan.
           



1 F. Budi Hardiman, Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal 4
2 Dr. Armada, Panorama kuliah Filsafat Modern, STFT Widya Sasana Malang
3 Ibid, hal 3
4 I. Bambang, Postmodern Tantangan Bagi Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1996, hal 29
5 Dr. Armada, Panorama Kuliah Filsafat Modern, STFT Widya Sasana Malang
6 Frans Magnis-Suseno, Pemikiran Karl Marx dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionis, Jakaarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999, hal 89
7Laksana Agung Saputra, Kompas, selasa 10 April 2007 

Comments

Popular posts from this blog

IBADAT TUGURAN KAMIS PUTIH DENGAN NYANYIAN TAIZE

BERBAGI TAK PERNAH RUGI

Sejarah Filsafat dan Pemikiran Plato