Filsafat Asik (Posmodernisme)

PERDEBATAN HABERMAS dan LYOTARD
MENURUT CATATAN RICHARD RORTY
Agustinus Nanang Aris
Habermas
Lyotard
Gagasan mengenai metanarasi
 habermas menawarkan metanarasi yaitu naratif emansipasi dan persoalanya mengenai ketidakpercayaan terhadap metanarasi, bahwa metanarasi adalah usaha membuka topeng
- Menggunakan istilah modern untuk menunjukan ilmu yang melegitimasi dirinya sendiri dengan mengkaitkan pada suatu metadiskursus[..] dengan membuat sebuah pendekatan ekspilisit pada grand narrative seperti dialektika Roh, hermeneutika makna, emansipasi subjek rasional, atau kreasi ciptaan

- mendefenisikan postmodern sebagai yang meragukan akan metanaratif. Dia bertanya dimana setelah metanaratif masih adakah legitimasi

Setuju mengenai pendekatan teoritis
 apa yang dianggap sebagai pendekatan teoritis dianggap sebagai sesuatu yang metanarasi”

Gagasan mengenai pengetahuan
apa yang membuang  pendekatan teoritis dianggap sebagai neokonservatifIa berpikir bahwa jika kita melepaskan ide ‘argumen yang lebih baik’ sebagai lawan dari ’argumen yang meyakinkan seorang pendengar biasa pada waktu yan biasa’ haruslah mempunyai sebuh konteks yang bergantung pada kritisisme sosial. Siapa yang bersandar pada kritisisme akan memperlihatkan elemen dari pemikiran dalam modernitas kultural yang terkandung dalam cita-cita kaum borjuisDinamika internal secara teoritis, secara konstan menggerakan ilmu pengetahuan, juga refleksi diri dari ilmu pengetahuan-melebihi kreasi yang secara teknologis dapat mengeksploitasi pengetahuan

- point terakhir ini menurut dia Habermas tidak memahami karakter ilmu pengetahuan zaman modern. Ia ingin menghancurkan kepercayaan yang masih mendasari penelitian Habermas yaitu kemanusiaan sebagai suatu subjek universal yang mengusahakan emanspasi bersama dan ingin meruntuhkan legitimasi setiap pernyataan yang dianggap mendukung emansipasi.

Kemanusiaan sebagai subjek universal yang mengusahakan emansipasi bersamanya melalui regularisasi ‘pergerakan ‘ yang diperbolehkan dalam permainan bahasa,dan bahwa legitimasi dari beberapa pernyataan terletak dalam kontribusinya terhadap emansipasi tersebut.
Konsensus hanyalah perinsip kesahihan dan yang dipaparkan Habermas tidak memadai prinsip tersebut adalah konsepsi yang didasarkan pada kesahihan  narasi emansipatif. Konsensus hanyalah  satu keadaan khusus dalam diskusi bukan sasaranya. Sasaran diskusi baginya adalah disensus atau paralogi


Habermas bertumpu pada ilmu alam sebagi paradigma yang menuju konsensus mengenai klaim kebenaran yang mempunyai lebih dari konteks validitas dipenden sebagai suatu contoh penting dari apa yang dia harapkan akan dicapai oleh  diskursus etiknya dalam wilayah norma-norma etik.
Lyotard menolak secara ekspilsit  gagasan ilmu pengetahuan ini dan ia mengarah pada konsep posmodern bahwa pengetahuan postmodern gelisah pada benda-benda yang tidak berharga, batas-batas kontrol yang pasti, konflik yang dikarakterkan oleh informasi yang tidak lengkap,  fracta, malapetaka-malapetaka dan paradok pragmatik, teori ini merupakan evolusi diri sebagai  bentuk diskontinuitas, bencana besar tidak dapat diperbaiki dan paradoksal.

Menawarkan pengetahuan yang metanarative
-Menolak dengan “pengetahuan narative” karena tidak memberikan suatu prioritas untuk sebuah  pertanyaan dari legitimasinya sendiri, dan menerangkan dalam bentuk yang pragmatis dari transmisinya sendiri tanpa ada jalan lain ke argumentasi dan pembuktian.

- ia menggambarkan pengetahuan itu sebagai penggolongan pengetahuan narrative seperti sebuah mentalitas yang berbeda: liar, primitive, tidak berkembang, terbelakang, terasing, susunan dari pendapat-pendapat , kebiasaan-kebiasaan, otoritas, parasangka, kebodohan, ideology.

- Ia ingin memperhalus kontradiksi ini dan menegaskan hak-hak dari pengetahuan narative. Terutama dia ingin menjawab pertanyaan dengan mengatakan bahwa sesekali kita membuang metanarativ, legitimasi terletak pada susunan pertama naratif

- kemudian ada sesuatu yang tidak dikomentari antara narativ popular pragmatik yang menyediakan legitimasi terdekat , dan permainan bahasa diketahui sebgai jawaban dari legitimasi…. Narativ….. menetapkan kriteria dari kompetensi dan/ atau mengilustrasi bagaimana mereka diterapkan. Mereka menegaskan hak apa yang harus dikatakan dan dilakukan dalam budaya pertanyaan dan sejak mereka sendiri menjadi bagian dari budaya itu, mereka dilegitimasi oleh fakta sederhana bahwa mereka melakukan apa yang mereka lakukan.

Filsafat modern menekankan subjektivitas
Takut melihat sesuatu yang bersifat metanaratif yang berkaitan dengan nasib subjek dengan tidak membiarkan diri berkata “kita” yang selama ini cukup mengidentifikasikan budaya generasi. Ia jijik terhadap subjektivitas, kejijikan ini membuat dia jauh dari segala sesuatu yang bernada metanarativ atau emansipasi seperti yang Habermas pikirkan.
-Sosialisasi subjektivitas Habermas tampak kepadanya sebagai sesuatu yang tidak ada artinya dalam tema-tema yang sering ia dengar.



Comments

Popular posts from this blog

IBADAT TUGURAN KAMIS PUTIH DENGAN NYANYIAN TAIZE

BERBAGI TAK PERNAH RUGI

Sejarah Filsafat dan Pemikiran Plato