Filsafat Asik( Cina)

   Konsep Ada dalam Taoisme


1.           Pendahuluan
Salah satu dari dua aliran filsafat dan juga keagamaan dalam dunia Timur khususnya Cina selain Cofusianisme adalah Taoisme. Taoisme sebenarnya ada sebelum Confucianisme. Hal ini diketahui karena menurut para ahli sejarah cina figur Li Erh  sama dengan figur legenda Lao Tan. Selain itu munculnya ajaran Lao tan juga memperjelas hal ini. [1]
 “ mengganggap yang mendasar sebagai hakikat, dan memandang benda-benda sebagai hal yang kasar. Mengangap penumpukan sebagai kekurangan. Hanya tinggal sendiri tenang bersama dengan Roh dan Budi, inilah beberapa segi dari Tao.  Para tua-tua. Kuan Yin dan Lao Tan mendengar itu dan senang akan hal itu.”
Kutipan ini menyatakan bahwa ajaran Tao, sudah ada dalam taradisi para tua-tua jauh sebelum Confucius. Para tua-tua itu adalah para pertapa yang tinggal di lembah-lembah pegunungan dan mengikuti jalan mistik.
Kutipan ajaran diatas merupakan sepenggal ajaran mistik para Taois. Namun sebenarnya ajaran Taoisme tidak hanya berupa ajaran-ajaran moral dan mistik saja.   Sering kali ketika mempelajari Taoisme kebanyakan orang cenderung tertarik pada ajaran-ajaran moral seperti Wu Wei dan Yin Yang  dan masih banyak lagi. Salah satu hal yang paling mendasar yang patut juga dipelajari dari Taoisme adalah ajaran mengenai konsep “ Ada” atau metafisika. Dalam Taoisme konsep Ada diterjemahkan sebagai Tao. Taoisme bertumpu pada pengertian mengenai Tao. Secara harafiah Tao artinya jalan yang memberi arah. Sepintas konsep ini mirip dengan ajaran-ajaran moral, tetapi sebenarnnya jauh lebih dalam, yaitu konsep “ Ada”  ( dalam hal ini saya memakai terminology barat).
Secara garis besar dalam bab-bab berikutnya akan dibahas mengenai konsep Ada dalam Taoisme. Tao sebagai asal mula dari dunia, kosong, tak bernama dan secara keseluruhan konsep ada dalam metafisika Taoisme.

2.           Panorama dan latar belakang Taoisme
Dalam buku Untaian Ajaran Confucius disebutkan bahwa Confucius tatkala mengadakan perjalanan dari satu Negara ke Negara lain bertemu dengan banyak orang yang disebut yin che, “ orang-orang yang mengasingkan diri”, dan menggambarkan mereka sebagai orang-orang yang melarikan diri dari dunia” (XIV, 39). [2] Para pertapa ini mengasingkan diri atau lari dari dunia karena alasan bahwa mereka tidak mau menjadi pejabat. Bagi mereka apa yang dilakukan Confucius yang gagal menyelamatkan dunia dianggap sebagai olokan bahwa Confucius sendiri adalah orang yang tidak memiliki rasa malu. Tetapi salah seorang murid dari Confusius memberikan argumen tandingan untuk melawan para pertapa tersebut dengan megatakan”  Demi kehendak Anda untuk mempertahankan kesucian pribadi, Anda memutuskan hubungan yang agung dalam masyarakat” (XVIII, 7)[3]
Uraian diatas merupakan gejala awal dimana para penganut Tao atau yang nantinya disebut murid-murid Lao-tzu. Indikasi pertama kemunculan para penganut Tao adalah bahwa mereka adalah para pertapa awali. Mereka merupakan bagian dari para penganut individualisme yang berkehendak untuk mempertahankan kesucian pribadi mereka. Dalam pengertian ini mereka juga sering disebut  penganut defaitisme yang memandang bahwa dunia ini buruk. Berawal dari munculnya para pertapa awali inilah diindikasikan sebagai cikal bakal para penganut Taoisme. Ada satu pendapat yang megatakan bahwa mungkin para penganut Taoisme awali adalah bagian dari para pertama awali tetapi  sebenarnya  para penganut Taoisme awali bukanlah pertapa-pertapa biasa yang” melarikan diri dari dinia”, yang berkehendak untuk” mempertahankan kesucian peribadi mereka”
Dalam mengerti Taoisme hendaknya kita mengerti dahulu tiga  fase perkembanganya. Fase pertama; Yang Chu. Fase kedua:  Lao Tzu. Fase ketiga: Chuang Tzu. Dalam ketiga fase ini Taoisme mengalami perkembanganya, fase pertama mengisahkan mengenai para pertapa awali sebagai embrio dari Taoisme, fase kedua Lao Tzu sebagai tokoh yang mulai merumuskan gagasan Taoisme dan Chuang Tzu dalam fase ketiga memberikan gagasan tentang kebahagiaan dalam Taoisme. Fase pertama sebagai fase kelahiran dari Taoisme tidak begitu jelas siapa tokoh yang cukup penting, dalam sejarah Cina hanya ditemukan tokoh Yang Chu, dia adalah salah satu dari  pertapa awali yang kelihatan cukup menonjol. Data-data tentang Yang Chu tidak jelas, mestinya ia hidup antara masa Mo Tzu ( kira-kira 479-381 SM) dan masa Mencius ( kira-kira 371-289 SM). Dalam sumber lain ditemukan juga satu bab dengan judul “ Yang Chu”  sebagai salah satu buah karya para penganut Taoisme. Yang Chu sebagai tokoh yang cukup menonjol memiliki perinsip “ setiap orang mengurus dirinya sendiri”. Setelah melewati fase pertama, Taoisme memasuki fase kedua, pada masa ini Lao Tzu menjadi tokoh yang cukup besar, karena karya dan perannya mengembangkan ajaran Taoisme. Lao Tzu adalah penduduk asli Negara  Ch’u, sekarang menjadi provinsi Honan. Dia lebih tua dari Confucius. Karya terbesarnya adalah buku  Lao-tzu atau lebih dikenal dengan Tao Te Ching. Lao Tzu lah yang pertama kali memuncukan gagasan bahwa di luar ruang dan bangun adalah sesuatu  yang tidak bisa diberi nama.  Dalam hal lain secara tidak langsung dia juga memulai gagasan-gagasan mengenai metafisika. Ada sebagai asal mula dari segala sesuatu di dunia sebagai ( Yu) dan Yang Ada menjadi ada dari bukan yang Ada ( Wu). Selain itu ia juga banyak mengembangkan ajaran-ajaran moral dan mistik untuk hidup manusia.  Fase ke tiga Taoisme adalah  munculnya Chuang Tzu sebagai tokoh yang menonjol. Ia memiliki nama asli Chuang Chou, hidup sekitar 369-286.  Dia juga banyak membahas mengenai konsep ada sebagai awal mula penciptaan dunia. Ia memiliki pemikiran yang sama dengan Lao Tzu misalanya dalam perkataan nya yang demikian “ pada awal mulanya yang ada  adalah bukan Yang- Ada. Bukan Yang- Ada ini tidak memiliki sifat Yang –Ada maupun nama, dan dari dialah muncul Yang Tunggal. Tatkala Yang -Tunggal muncul , maka terdapat Yang- Tunggal, namun masih dalam keadaan tanpa bentuk, ketika sesuatu itu mendapat bentuk, maka bentuk itu disebut Te” Chuang Tzu secara jelas merangkum gagasan Taoisme, mungkin ia juga bisa disebut penganut Taoisme yang paling berpengaruh setelah Lao Tzu.

3.           Konsep Ada dalam Taoisme
Setelah melihat panorama dan latar belakang Taoisme, selanjutnya akan dijelaskan secara lebih lanjut mengenai konsep ada dalam Taoisme. Secara sepintas konsep Ada dalam Taoisme mirip dengan konsep ada dalam pemikiran barat. Ada secara metafisis dalam pemikiran barat bisa disebut sebagai “itu yang ada dalam dirinya sendiri”. Ada itu tidak dapat tidak ada, yang tidak ada itu tidak ada. Dalam pemikiran timur khusunya Taoisme Ada adalah Tao itu sendiri. Tao disini tidak hendak mengatakan suatu definisi atau proposisi nama, melainkan hanya sebagai simbolisme untuk mempermudah mengerti Tao.

3.1   Yang-Tak Bisa- Diberi Nama
Para filsuf mazab nama-nama sebelum fase ke dua  Taoisme telah menemukan satu pengertian yang mengarah pada gagasan mengenai metafisika” sesuatu yang terletak di luar ruang dan bangun”[4] Gagasan ini muncul karena kebanyakan orang selalu berpikir mengenai” apa yang terletak dalam ruang dan bangun” konsep aktual dalam masyarakat pada masa itu. Para filsuf mazab nama-nama secara lebih mendalam menggangkat gagasan  mengenai  apa yang ada diluar ruang dan bangun. Segala sesuatu yang terletak dalam ruang dan bangun mempunyai nama-nama dan bisa diberi nama.  Berangkat dari konsep inilah Lao Tzu mulai mengambangkan mengenai gagasan  tentang sesuatu yang tidak bisa diberi nama. Baginya segala sesuatu diluar  ruang dan bangun itu tidak bisa diberi nama. Tao atau  jalan yang dianut oleh para penganut  Taoisme adalah konsep semacam ini.
Dalam  bab pertama buku  Lao-tzu  ditemukan pernyataan: “ Tao yang dapat dimuat  dalam kata-kata bukanlah  Tao yang abadi, nama  yang dapat disebut dengan nama bukanlah nama yang kekal. Bagi Lao Tzu  yang tak dapat diberi nama adalah permulaan  Langit dan Bumi, dalam gagasan barat ini disebut dengan Pra- eksisten. “ Tao itu kekal, tak bernama, seperi balok yang  belum diukir………..” ketika balok itu belum diukir berarti segala sesuatu itu tidak bernama, tetapi jika balok itu mulai diukir maka saat itulah ia memiliki nama.  Tao adalah Ada sebelum Yang Ada dan segala Yang Ada dijadikan. Tao adalah Tao itu sendiri. Tao seperti dalam konsep Aristotelian adalan sebagai sebab, sebagai asal mula, atau Logos dalam filsafat Yohanes.  “ Tao menjadi sebab adanya segala hal. Karena seuatu senantiasa ada maka  Tao tidak pernah tenggelam. Ia adalah permulaan dari segala permulaan, oleh karena itu ia menyaksiakan permulaan segala sesuatu, Tao bukanlah nama”  Jika nama itu adalah nama maka apa yang dinamai itu bukanlah nama yang abadi.
“Yang  Tidak Bisa Diberi Nama merupakan permulaan langit dan bumi”. Proposisi  ini hanyalah sebuah proposisi formal dan tidak bersifat positif. Artinya, proposisi ini tidak dapat memberikan sebuah informasi tentang kenyataan empirik. Dalam hal ini para penganut Taoisme berpendapat bahwa karena adanya sesuatu , maka seharusnya yang menjadikan atau memunculkan sesuatu itu menjadi ada. Yang mereka maksudkan dengan “ sesuatu” adalah Ada yang menjadi asal mula dari segala apa yang ada. Dan dalam Taoisme “ sesuatu” sebagai yang menjadikan asal mula adalah “ itu “ yang tidak bisa diberi nama, dan mereka menyebut itu sebagai Tao. Tao dalam gagasan ini bukanlah objek formal dan tidak bersifat positif. Nama Tao hanyalah sebagai terminology simbolis untuk menggambarkan peng-ada seperti halnya “ Logos” dalam filsafat Yunani. Ia tidak menggambarkan apapun yang menjadi  penyebab adanya segala sesuatu.
Dari terminus Tao seperti halnya Logos maka satu-satunya yang dapat kita katakan adalah bahwa Tao , karena melaluinya segala sesuatu itu dijadikan atau menjadi ada, maka niscaya ia bukanlah semata-mata sesuatu  yang berada diantara sesuatu yang lain. Jika ia berada dalam  sesuatu  yang lain maka ia bukalah penyebab adanya segala sesuatu. Ia bukanlah sesuatu seperti apa yang bisa kita gambarkan mengenai relitas.
Tao  sebagai Tao  adalah gagasan yang mengacu pada konsep Aristotelian dan Parmedian. Ia hadir dalam rupa ketunggalan Tao sebagai ada adalah tunggal, satu, sehingga ada atau Tao itu ada sejauh dalam dirinya sendiri. “ segala sesuatu di dalam dunia menjadi ada dari Yang Ada ( Yu ); dan Yang Ada menjadi ada dari bukan Yang –Ada ( Wu). Bagi Lao Tzu Tao tidak bisa diberi nama dan dari sanalah segala sesuatu itu menjadi ada. Oleh karena itu sebelum adanya Yang Ada, pastilah yang ada itu bukan Yang ada, yang denganya Yang Ada menjadi ada. Ia sebagai “Itu” yang tidak memiliki hubungan dalam realitas, yang tidak memiliki keterkaitan  dengan waktu dan aktualitas. Karena dalam waktu ada aktualitas , tidak terdapat Yang ada; hanya ada yang ada, itulah ketunggalan.
Terdapat banyak yang ada tetapi hanya ada satu Yang- Ada. Dalam bukunya Lao Tzu menagtakan “ dari Tao  muncul satu. Dari satu muncul dua. Dari dua muncul tiga. Dari tiga muncul segala sesuatu” term “satu” disini mengacu pada Tao sebagai yang ada. Tao memiliki sifat Unum



4.           Tao sebagai  Wu  
Gagasan Tao sebagai Wu muncul pertama kali dari gagasan Hsiang- Kuo. Ia adalah penganut Neo –taoisme. Dalam sejarah Taoisme ia adalah tokoh yang menrevisi karya-karya Lao Tzu dan Chuang Tzu. Bagi Hsiang Kuo  Tao pertama-tama adalah Wu, artinya   “ Kosong” atau “ kekosongan. Lao Tzu dan Chaung Tzu telah menegaskan bahwa Tao adalah Wu, tetapi dalam hal ini mereka berdua mengartikan Wu sebagai sesuatu yang tak bernama. Tetapi dalam pengertian ini Hsiang Kuo tidak mengartikan Wu sebagai sesuatu yang tidak bisa diberi nama. Menurut interpretasi Hsiang Kuo Tao secara harafiah adalah kosong. “ Tao ada di setiap tempat, tetapi di setiap tempat ia kosong” ( komentar atas buku Chuang tzu bab 6)[5]
Gagasan awal Lao Tzu dan Chuang Tzu dalam memandang Tao berangkat dari gagasan penyangkalan eksistensi personal Sang pencipta yang mereka ganti keduduka-Nya dnegan Tao yang bersifat impersolan. Baginya Lao Tzu dan Chuang Tzu karena Tao  maka segala seuatu itu ada.  Namun oleh Hsiang Kuo yang berpikir lebih rasional gagasan ini di kembangkan dengan menyatakan bahwa Tao sesungguhnya  kosong. Bagi  Hsiang Kuo apa yang dimaksudkan oleh para Taois awal Tao  hanya dimaksudkan untuk menyatakan bahwa segala sesuatu  berasal dan menjadi dirinya sendiri. “ Tao merupakan kemampuan dari kosong. Artinya , apapun  itu diturunkan dari Tao yang mengandung maksud bahwa ia berasal dari dirinya sendiri” ( bab 6)
Pernyataan para penganut Taoisme awal bahwa segala sesuatu masuk ke dalam Yang Ada, dan Yang Ada masuk kedalam yang ada dari Yang tiada, artinya Yang Ada masuk kedalam yang ada lewat dirinya sendiri. “ bukan hanya yang tiada yang tidak dapat  menjadi yang Ada, tetapi juga yang ada tidak dapat menjadi yang Tiada. Walaupun yang Ada bisa berubah , namun ia tidak dapat mengubah dirinya menjadi yang tiada. Oleh karena itu . tidaka da waktu ketika Yang Ada tidak ada. Hanya Yang Ada yang selamanya ada”. Gagasan ini sama dengan gagasan metafisika Yunani. Bahwa yang Ada itu ada dan yang tidak Ada Itu tidak ada.  Yang Ada tidak dapat Tidak Ada. Yang tidak ada Tidak dapat Ada. Ada dapat ada kerema dirinya sendiri.

5.      Penutup
Tao adalah permulaan segala sesuatu maka, Tao sebagai Tao ada dalam dirinya sendiri. Tao dalam gagasan Lao Tzu dan Chuang Tzu merupakan  Ada yang mencipta dirinya sendiri. Ia ada sebelum segala sesuatu itu dijadikan. Ia sebagai permulaan Langit dan Bumi. Dalam hal ini Lao Tzu dan  Chuang Tzu hendak berkata bahwa apa yang tidak dapat diberi nama itu adalah Tao. Tao bukan sebagai propisi  yang melekat pada waktu dan realitas serta aktualitas hidup manusia. Tao adalah Ada yang karena “dirinya “ sendiri mencipta ciptaan dan dirinya.
Tao juga memiliki sifat ketunggalan dalam rabah filsafat barat ia masuk dalam konsep Aristotelian. Tao yang memiliki sifat Unum mencipta banyak sesuatu. Ia dimaknai sebagai terminology yang tidak dapat berubah. Ketungalan mengandaikan bahwa ia murni dan memiliki sifat-sifat yang ada dalam dirinya sendiri, bukan sebuah partikularitas.
Jauh setelah Lao Tzu dan Chuang Tzu, Hsiang Kuo sebagai penganut Neo-Taoisme atau Rasionalisme, memberikan satu gagasan yang sedikit maju, bahwa Tao sebagai Tao adalah kosong. Tao sebagai Wu atau kosong megandaikan bahwa dirinya ( Tao ) berasal dari dirinya sendiri.
Dari sinilah kita bisa melihat bahwa dalam metafisika Taoisme, sesungguhnya hendak mengatakan bahwa Yang ada itu ada, dan yang tidak ada itu tidak ada. Ada itu dapat ada karena dirinya sendiri.











Darftar Bacaan

Yu-Lan, Fung, Sejarah Filsafat Cina, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007

Reksosusilo, Stanislaus, Diktat Sejarah Filsafat Cina,Malang: STFT Widya Sasana, 1999

Solomon, Robert C dkk,Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Bentang Pustaka.2002




[1] Dr. Stanislaus Reksosusilo, Diktat Sejarah Filsafat Cina, STFT Widya Sasana: Malang.1999, hlm.19
[2] Fung Yu-Lan, Sejarah Filsafat Cina,Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007  hlm 77
[3] Ibid
[4] Ibid hlm 120
[5] Ibid hlm 286

Comments

Popular posts from this blog

IBADAT TUGURAN KAMIS PUTIH DENGAN NYANYIAN TAIZE

BERBAGI TAK PERNAH RUGI

Sejarah Filsafat dan Pemikiran Plato